Sabtu, 22 November 2008

Pengalaman Seks Pertama
Uncategorized - - Posted on October, 30 at 10:52 pm
Aku 21 tahun, kuliah di Fakultas Kedokteran Umum sebuah Universitas swasta di Jakarta. Teman-teman cewekku pada bilang kalau aku cakep dan menarik. Pertama aku mengenal yang namanya seks pada saat aku SMP kelas 2 lewat film-film porno yang kutonton di rumah sendiri sambil sembunyi-sembunyi. Aku merasakan seks sendiri pada saat aku kelas 2 SMU, dimana teman-temanku mengajakku ke diskotik. Temanku Alex sangat berpengalaman dalam hal seks.
Di disko itu aku bersama 5 teman aku yang lain membooking tiga cewek. Semuanya seksi dan menarik. Cewek pertama, Vera namanya. Alex yang pertama menggarap dia, tanpa disuruh, Vera telentang. Kedua kakinya di buka lebar-lebar, dadanya dibusungkan hingga punggungnya melengkung. Alex mulai beraksi. Dengan keras dan ganas, dia meremas payudaranya seperti memeras santan kelapa. Vera mendesah sekaligus menjerit kesakitan, tetapi Alex tidak perduli.
Setelah puas memeras payudaranya, Alex beralih ke vagina Vera yang tengah terkuak lebar. Dan tanpa basa-basi lagi, dimasukkannya panisnya dengan sekali tusuk dan Vera menjerit, tidak dapat menahan terjangan keperkasaan Alex. Alex menggoyang-goyangkan pinggulnya naik-turun, membuat Vera mendesah sambil meremas rambut Alex yang panjang. Alex semakin brutal, sehingga ranjangnya berderit-derit dan bergoyang-goyang. Dan akhirnya dia berteriak keras seiring tubuhnya menegang dan akhirnya jatuh di atas tubuh Vera yang juga mengalami hal serupa.
Giliran selanjutnya adalah Boby. Dia punya cara sendiri untuk mrmuaskan nafsunya. Dia memasang tindik di kedua payudara Vera yang sebelumnya telah dia persiapkan. Tindik itu berbentuk segitiga. Dua di antaranya dipasang di kedua payudara Vera, satunya lagi dipasang di klitoris Vera, dan rantai itu melewati punggung Vera, sehingga apabila Vera membungkuk, klitorisnya akan tertarik keluar dengan rasa sakit dan perih. Boby sedikit keterlaluan memang, tetapi idenya boleh juga.
Disuruhnya Vera merangkak sambil membusungkan dadanya yang subur dan besar mengelilingi kami berenam. Gerakannya yang menggiurkan itu membuat Boby, Fredy , Tony dan aku tidak kuasa menahan nafsu. Dihempaskannya tubuh Vera ke atas ranjang yang luas itu setelah Boby melepas tindiknya. Tony langsung mengarahkan penisnya ke arah mulut Vera, aku punya jatah meremas bebas payudara Vera, Boby tengah asyik menikmati vagina Vera, sedangkan Fredy menusukkan penisnya ke anus Vera dari bawah. Sungguh pemandangan yang indah dan erotis, membuat penisku semakin tegang.
Vera merintih karena tubuhnya disatroni 4 penis sekaligus, tetapi kami makin bergairah. Setelah Boby melepas nafsunya, Fredy beraksi. Kedua paha Vera dikuakkannya lebar-lebar sehingga Vera menjerit ketika pahanya hampir horizontal. Fredy memantek vagina Vera dengan kedua tangannya, dan begitu bagian dalam vagina Vera tersembul, dengan perlahan Fredy memasukkan penisnya. Mula-mula seperempat, setengah, tiga perempat, setengah lagi, tiga berempat, setengah, dan tarus berulang-ulang, hingga akhirnya Vera menegang dan Fredy dengan sigap mengejankan seluruh spermanya ke Vagina Vera, dan terdengarlah desahan nikmat dari mulut Vera dan Fredy.
Giliran selanjutnya adalah aku. Aku tidak tahu harus berbuat apa, karena aku baru pertama kali melakukannya, tetapi nafsuku harus tersalurkan segera. Vagina Vera yang banjir sperma itu membuat penisku licin dan berkali-kali terpeleset memasuki gua garbanya. Akhirnya, aku mengganjal pantat Vera dengan bantal, sehingga possisinya lebih ke atas dari tubuhnya yang masih digerayangi 3 orang temanku. Sungguh nikmatnya aku melepas keperjakaanku.
Kunikmati ketika penisku perlahan menyusup ke liang vagina Vera yang terkuak menantang berwarna kemerahan dan merekah itu. Aku memejamkan mataku merasakan kenikmatan yang sangat. Penisku langsung melesat ke dalam, dan anehnya Vera menggelinjang dan bergerak tidak beraturan, tetapi geraknya ditahan oleh ketiga temanku yang masih asyik berkaraoke. Kukerahkan penisku seluruhnya ke vagina Vera, dan kulihat sendiri penisku benar-benar habis tertelan vagina Vera. Aku senang ketika aku melihat dan merasakan sendiri bagaimana penis itu tertancap habis dan kulihat sendiri vagina Vera yang merah itu menjepit, menerima penisku dengan senang hati.
Suatu buncahan dalam jiwaku ingin kukeluarkan ketika Vera menjepit-jepit penisku di dalam sana. Ooohh.. aku merasa sangaat nikmat. Kugerakan pinggulku seperti persneling, ke segala arah. Hal itu membuat Vera semakin menggelinjang dan merintih nikmat.“Uuuhh.. ahh.. yeah..” aku juga merintih nikmat ketika Vera dengan cepat menjepit-jepit penisku.Dan kurasakan klitoris Vera berdenyut-denyut tanda orgasme. Aku masih menunggu klimaksku sambil terus menggenjot vagina Vera dengan cepat.Dan.. “Oouukkhh..!” aku merintih nikmat mencapai klimaks ketika seluruh spermaku keluar dengan deras kembali membanjiri vagina Vera.
“Kamu lain dari yang lain..!” kata Vera setelah kulepaskan vaginanya keras-keras dengan batang kejantananku.Kulihat vaginanya berkedut-kedut cepat, dan kitorisnya yang merah tua itu ikut berkedut. Aku tergoda untuk menggigitnya, dan aku lakukan.
Kugigit klitoris Vera dengan keras, hampir keluar semua. Vera menjerit keras, tubuhnya menggelinjang hebat, melengkung-lengkung. Aku suka adegan itu. Kembali kugigit, kucucup klitorisnya dan dia semakin bergerak gila. Dia menjerit-jerit sambil mendesah nikmat. Kuakhiri dengan menyodok-nyodok sebuah benda bulat ke vaginanya untuk mengganjal denyutan vaginanya.
Cewek kedua Mira namanya. Disuruhnya dia nungging, dan beramai-ramai kami menyantapnya. Aku mencoba menusukkan penisku ke anusnya, sempit dan sulit kudobrak. Vaginanya yang lezat itu disikat Fredy sambil meremas habis kedua payudaranya, sedangkan Tony berkaraoke. Sewaktu giliranku, kusuruh Mira menunging lebih tinggi, dan tampaklah vagina merah yang merekah, lebar sekali. Kembali kutusukkan penisku disana dengan keras karena aku tidak tahan berlama-lama seperti tadi karena energiku mulai terkuras.
Posisisku yang seperti menungganginya itu hanya bertahan 10 menit, dibanding menunggangi tubuh Vera dalam waktu 30 menit. Dan semua teman-temanku mulai bosan, sedangkan tersisa satu cewek lagi yang lebih menarik. Payudaranya itu, membusung besar dibalik bajunya yang ketat.
Aku yang mulai kelelahan kembali terangsang ketika kulihat Mely duduk di kursi, menaikkan kedua kakinya ke tangan kursi, melenguh-lenguh sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya secara erotis, dan kedua tangannya diangkat ke belakang kursi, membuat semua yang terlihat di tubuhnya begitu menggairahkan. Aku langsung menyerbu ke arahnya.
Vaginanya yang merekah, sangat merekah itu menggodaku untuk menusuknya dengan penisku. Sulit memang memasukkan penis ke vagina Mely yang posisinya seperti itu, tetapi aku tidak menyerah, meskipun aku harus menahan pegal pantatku, tidak urung aku segera merojok vaginanya dengan penisku yang berukuran 15 cm dengan diameter 3cm.
“Uuhh.. aahh..!” desahku ketika kulihat penisku tenggelam di dalam vaginanya.“Ayoo.. kocok dong..! Kontolmu lemah sekali..!” Mely mengejek.Tetapi aku sudah tidak tahan lagi, hanya 7 menit aku langsung ereksi. Dan aku sakit hati ketika dihina tadi. Untuk membalasnya, vaginanya kuangkat tepat tersodor di depan batang hidungku, dan langsung saja kugigit klitorisnya dengan keras, dan dia menjerit sangat keras, aku tidak perduli, aku menikmatinya.
Teman-temanku mengacungkan jempol kepadaku atas kelakuanku pada Mely. Dan akhirnya Mely mengeluarkan cairan dari dalam vaginanya, kusedot keras sampai habis dan kembali kugigigt-gigit klitorisnya seiring dengan teriakannya yang semakin keras, dan aku tidak perduli meskipun klitorisnya hampir putus.
Pengalaman bersama-sama teman-temanku lah yang membuatku sekarang ketagihan dengan permainan seks. Dan sejak itu pula aku menjadi berani menghadapi cewek-cewek.
Tamat
Posted
Pacarku dan Adik-Adiknya
Uncategorized - - Posted on October, 31 at 10:08 pm
Cerita ini berawal ketika aku pacaran dengan Dian. Dian adalah seorang gadis mungil dengan tubuh yang seksi dan dibalut oleh kulit yang putih mulus. Walaupun payudaranya tidak terlalu besar, ya.. kira-kira berukuran 34 lah. Selama pacaran, kami belum pernah berhubungan badan. Hanya saja kalau nafsu sudah tidak bisa ditahan, biasanya kami melakukan oral seks.
Dian memiliki dua orang adik perempuan yang cantik. Adiknya yang pertama, namanya Elsa, juga mempunyai kulit yang putih mulus. Namun payudaranya jauh lebih besar daripada kakaknya. Menurut kakaknya, ukurannya 36B. Inilah yang selalu menjadi perhatianku kalau aku sedang ngapel ke rumah Dian. Payudaranya yang berayun-ayun kalau sedang berjalan, membuat penisku berdiri tegak karena membayangkan betapa enaknya memegang payudaranya. Sedangkan adiknya yang kedua masih kelas 2 SMP. Namanya Agnes. Tidak seperti kedua kakaknya, kulitnya berwarna sawo matang. Tubuhnya semampai seperti seorang model cat walk. Payudaranya baru tumbuh. Sehingga kalau memakai baju yang ketat, hanya terlihat tonjolan kecil dengan puting yang mencuat. Walaupun begitu, gerak-geriknya sangat sensual.
Pada suatu hari, saat di rumah Dian sedang tidak ada orang, aku datang ke rumahnya. Wah, pikiranku langsung terbang ke mana-mana. Apalagi Dian mengenakan daster dengan potongan dada yang rendah berwarna hijau muda sehingga terlihat kontras dengan kulitnya. Kebetulan saat itu aku membawa VCD yang baru saja kubeli. Maksudku ingin kutonton berdua dengan Dian. Baru saja hendak kupencet tombol play, tiba-tiba Dian menyodorkan sebuah VCD porno.“Hei, dapat darimana sayang?” tanyaku sedikit terkejut.“Dari teman. Tadi dia titip ke Dian karena takut ketahuan ibunya”, katanya sambil duduk di pangkuanku.“Nonton ini aja ya sayang. Dian kan belum pernah nonton yang kayak gini, ya?” pintanya sedikit memaksa.“Oke, terserah kamu”, jawabku sambil menyalakan TV.
Beberapa menit kemudian, kami terpaku pada adegan panas demi adegan panas yang ditampilkan. Tanpa terasa penisku mengeras. Menusuk-nusuk pantat Dian yang duduk di pangkuanku. Dian pun memandang ke arahku sambil tersenyum. Rupanya dia juga merasakan.“Ehm, kamu udah terangsang ya sayang?” tanyanya sambil mendesah dan kemudian mengulum telingaku. Aku hanya bisa tersenyum kegelian. Lalu tanpa basa-basi kuraih bibirnya yang merah dan langsung kucium, kujilat dengan penuh nafsu. Jari-jemari Dian yang mungil mengelus-elus penisku yang semakin mengeras.
Lalu beberapa saat kemudian, tanpa kami sadari ternyata kami sudah telanjang bulat. Segera saja Dian kugendong menuju kamarnya. Di kamarnya yang nyaman kami mulai melakukan foreplay. Kuremas payudaranya yang kiri. Sedangkan yang kanan kukulum putingnya yang mengeras. Kurasakan payudaranya semakin mengeras dan kenyal. Kuganti posisi. Sekarang lidahku liar menjilati vaginanya yang basah. Kuraih klitorisnya, dan kugigit dengan lembut.
“Aahh.. ahh.. sa.. sayang, Dian udah nggak kuat.. emh.. ahh.. Dian udah mau keluar.. aackh.. ahh.. ahh!” Kurasakan ada cairan hangat yang membasahi mukaku. Setelah itu, kudekatkan penisku ke arah mulutnya. Tangan Dian meremas batangku sambil mengocoknya dengan perlahan, sedangkan lidahnya memainkan buah pelirku sambil sesekali mengulumnya. Setelah puas bermain dengan buah pelirku, Dian mulai memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Mulutnya yang mungil tidak muat saat penisku masuk seluruhnya. Tapi kuakui sedotannya memang nikmat sekali. Sambil terus mengulum dan mengocok batang penisku, Dian memainkan puting susuku. Sehingga membuatku hampir ejakulasi di mulutnya. Untung masih dapat kutahan. Aku tidak mau keluar dulu sebelum merasakan penisku masuk ke dalam vaginanya yang masih perawan itu.
Saat sedang hot-hotnya, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Aku dan Dian terkejut bukan main. Ternyata yang datang adalah kedua adiknya. Keduanya spontan berteriak kaget.“Kak Dian, apa-apan sih? Gimana kalau ketahuan Mama?” teriak Agnes. Sedangkan Elsa hanya menunduk malu. Aku dan Dian saling berpandangan. Kemudian aku bergerak mendekati Agnes. Melihatku yang telanjang bulat dengan penis yang berdiri tegak, membuat Agnes berteriak tertahan sambil menutup matanya.“Iih.. Kakak!” jeritnya. “Itunya berdiri!” katanya lagi sambil menunjuk penisku. Aku hanya tersenyum melihat tingkah lakunya.Setelah dekat, kurangkul dia sambil berkata, “Agnes, Kakak sama Kak Dian kan nggak ngapa-ngapain. Kita kan lagi pacaran. Yang namanya orang pacaran ya.. kayak begini ini. Nanti kalo Agnes dapet pacar, pasti ngelakuin yang kayak begini juga. Agnes udah bisa apa belum?” tanyaku sambil mengelus pipinya yang halus. Agnes menggeleng perlahan.“Mau nggak Kakak ajarin?” tanyaku lagi. Kali ini sambil meremas pantatnya yang padat.“Mmh, Agnes malu ah Kak”, desahnya.“Kenapa musti malu? Agnes suka nggak sama Kakak?” kataku sambil menciumi belakang lehernya yang ditumbuhi rambut halus.“Ahh, i.. iya. Agnes udah lama suka ama Kakak. Tapinya nggak enak sama Kak Dian”, jawabnya sambil memejamkan mata.
Tampaknya Agnes menikmati ciumanku di lehernya. Setelah puas menciumi leher Agnes, aku beralih ke Elsa.“Kalo Elsa gimana? Suka nggak ama Kakak?” Elsa mengangguk sambil kepalanya masih tertunduk.“Ya udah. Kalo gitu tunggu apa lagi”, kataku sambil menggandeng keduanya ke arah tempat tidur.Elsa duduk di pinggiran tempat tidur sambil kusuruh untuk mengulum penisku. Pertamanya sih dia nggak mau, tapi setelah kurayu sambil kuraba payudaranya yang besar itu, Elsa mau juga. Bahkan setelah beberapa kali memasukkan penisku ke dalam mulutnya, Elsa tampaknya sangat menikmati tugasnya itu. Sementara Elsa sedang memainkan penisku, aku mulai merayu Agnes. “Agnes, bajunya Kakak buka ya?” pintaku sedikit memaksa sambil mulai membuka kancing baju sekolahnya. Lalu kulanjutkan dengan membuka roknya. Ketika roknya jatuh ke lantai, terlihat CD-nya sudah mulai basah.
Segera saja kulumat bibirnya dengan bibirku. Lidahku bergerak-gerak menjilati lidahnya. Agnes pun kemudian melakukan hal yang sama. Sambil tetap menciumi bibirnya, tanganku bermaksud membuka BH-nya. Tapi segera ditepiskannya tanganku.“Jangan Kak, malu. Dada Agnes kan kecil”, katanya sambil menutupi dadanya dengan tangannya. Dengan tersenyum kuajak dia menuju ke kaca yang ada di meja rias. Kusuruh dia berkaca. Sementara aku ada di belakangnya. “Dibuka dulu ya!” kataku membuka kancing BH-nya sambil menciumi lehernya.
Setelah BH-nya kujatuhkan ke lantai, payudaranya kuremas perlahan sambil memainkan putingnya yang berwarna coklat muda dan sudah mengeras itu. “Nah, kamu lihat sendiri kan. Biar dada kamu kecil, tapi kan bentuknya bagus. Lagian kamu kan emang masih kecil, wajar aja kalo dada kamu kecil. Nanti kalo udah gede, dada kamu pasti ikutan gede juga”, kataku sambil mengusapkan penisku ke belahan pantatnya. Agnes mendesah keenakan. Kepalanya bersandar ke dadaku. Tangannya terkulai lemas. Hanya nafasnya saja yang kudengar makin memburu. Segera kugendong dia menuju ke tempat tidur. Kutidurkan dan kupelorotkan CD-nya. Bulu kemaluannya masih sangat jarang. Menyerupai bulu halus yang tumbuh di tangannya. Kulebarkan kakinya agar mudah menuju ke vaginanya. Kucium dengan lembut sambil sesekali kujilat klitorisnya. Sementara Elsa kusuruh untuk meremas-remas payudaranya adiknya itu. “Aahh.. ach.. ge.. geli Kak. Tapi nikmat sekali, aahh terus Kak. Jangan berhenti. Mmh.. aahh.. ahh.”
Setelah puas dengan vagina Agnes. Aku menarik Elsa menjauh sedikit dari tempat tidur. Dian kusuruh meneruskan. Lalu dengan gaya 69, Dian menyuruh Agnes menjilati vaginanya. Sementara itu, aku mulai mencumbu Elsa. Kubuka kaos ketatnya dengan terburu-buru. Lalu segera kubuka BH-nya. Sehingga payudaranya yang besar bergoyang-goyang di depan mukaku. “Wow, tete kamu bagus banget. Apalagi putingnya, merah banget kayak permen”, godaku sambil meremas-remas payudaranya dan mengulum putingnya yang besar. Sedangkan Elsa hanya tersenyum malu. “Ahh, ah Kakak, bisa aja”, katanya sambil tangan kirinya mengelus kepalaku dan tangan kanannya berusaha manjangkau penisku.
Melihat dia kesulitan, segera kudekatkan penisku dan kutekan-tekankan ke vaginanya. Sambil mendesah keenakan, tangannya mengocok penisku. Karena kurasakan air maniku hampir saja muncrat, segera kuhentikan kocokannya yang benar-benar nikmat itu. Harus kuakui, kocokannya lebih nikmat daripada Dian. Setelah menenangkan diri agar air maniku tidak keluar dulu, aku mulai melorotkan CD-nya yang sudah basah kuyup. Begitu terbuka, terlihat bulu kemaluannya lebat sekali, walaupun tidak selebat Dian, sehingga membuatku sedikit kesulitan melihat vaginanya. Setelah kusibakkan, baru terlihat vaginanya yang berair. Kusuruh Elsa mengangkang lebih lebar lagi agar memudahkanku menjilat vaginanya. Kujilat dan kuciumi vaginanya. Kepalaku dijepit oleh kedua pahanya yang putih mulus dan padat. Nyaman sekali pikirku.
“aahh, Kak.. Elsa mau pipiss..” erangnya sambil meremas pundakku.“Keluarin aja. Jangan ditahan”, kataku.Baru selesai ngomong, dari vaginanya terpancar air yang lumayan banyak. Bahkan penisku sempat terguyur oleh pipisnya. Wah nikmat sekali jeritku dalam hati. Hangat.
Setelah selesai, kuajak Elsa kembali ke tempat tidur. Kulihat Dian dan Agnes sedang asyik berciuman sambil tangan keduanya memainkan vaginanya masing-masing. Sementara di sprei terlihat ada banyak cairan. Rupanya keduanya sudah sempat ejakulasi. Karena Dian adalah pacarku, maka ia yang dapat kesempatan pertama untuk merasakan penisku. Kusuruh Dian nungging. “Sayang, Dian udah lama nunggu saat-saat ini”, katanya sambil mengambil posisi nungging. Setelah sebelumnya sempat mencium bibirku dan kemudian mengecup penisku dengan mesra.
Tanpa berlama-lama lagi, kuarahkan penisku ke vaginanya yang sedikit membuka. Lalu mulai kumasukkan sedikit demi sedikit. Vaginanya masih sangat sempit. Tapi tetap kupaksakan. Dengan hentakan, kutekan penisku agar lebih masuk ke dalam. “Aachk! Sayang, sa.. sakit! aahhck.. ahhck..” Dian mengerang tetapi aku tak peduli. Penisku terus kuhunjamkan. Sehingga akhirnya penisku seluruhnya masuk ke dalam vaginanya. Kuistirahatkan penisku sebentar. Kurasakan vaginanya berdenyut-denyut. Membuatku ingin beraksi lagi. Kumulai lagi kocokan penisku di dalam vaginanya yang basah sehingga memudahkan penisku untuk bergerak. Kutarik penisku dengan perlahan-lahan membuatnya menggeliat dalam kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Makin kupercepat kocokanku. Tiba-tiba tubuh Dian menggeliat dengan liar dan mengerang dengan keras. Kemudian tubuhnya kembali melemas dengan nafas yang memburu. Kurasakan penisku bagai disemprot oleh air hangat. Rupanya Dian sudah ejakulasi. Kucabut penisku dari vaginanya. Terlihat ada cairan yang menetes dari vaginanya.“Kok ada darahnya sayang?” tanya Dian terkejut ketika melihat ke vaginanya.“Kan baru pertama kali”, balas Dian mesra.“Udah, nggak apa-apa. Yang penting nikmat kan sayang?” kataku menenangkannya sambil mengeluskan penisku ke mulut Elsa. Dian cuma tersenyum dan setelah kucium bibirnya, aku pindah ke Elsa.
Sambil mengambil posisi mengangkang di atasnya, kudekatkan penisku ke mulutnya. Kusuruh mengulum sebentar. Lalu kuletakkan penisku di antara belahan payudaranya. Kemudian kudekatkan kedua payudaranya sehingga menjepit penisku. Begitu penisku terjepit oleh payudaranya, kurasakan kehangatan. “Ooh.. Elsa, hangat sekali. Seperti vagina”, kataku sambil memaju-mundurkan pinggulku. Elsa tertawa kegelian. Tapi sebentar kemudian yang terdengar dari mulutnya hanyalah desahan kenikmatan.
Setelah beberapa saat mengocok penisku dengan payudaranya, kutarik penisku dan kuarahkan ke mulut bawahnya. “Dimasukin sekarang ya?” kataku sambil mengusapkan penisku ke bibir kewanitaannya. Kusuruh Elsa lebih mengangkang. Kupegang penisku dan kemudian kumasukkan ke dalam kewanitaannya. Dibanding Dian, vagina Elsa lebih mudah dimasuki karena lebih lebar. Kedua jarinya membuka kewanitaannya agar lebih gampang dimasuki. Sama seperti kakaknya, Elsa sempat mengerang kesakitan. Tapi tampaknya tidak begitu dipedulikannya. Kenikmatan hubungan seks yang belum pernah dia rasakan mengalahkan perasaan apapun yang dia rasakan saat itu. Kupercepat kocokanku. “Aahh.. aahh.. aacchk.. Kak terus Kak.. ahh.. ahh.. mmh.. aahh.. Elsa udah mau ke.. keluar.” Mendengar itu, semakin dalam kutanamkan penisku dan semakin kupercepat kocokanku. “Aahh.. Kak.. Elsa keluar! mmh.. aahh.. ahh..” Segera kucabut penisku. Dan kemudian dari bibir kemaluannya mengalir cairan yang sangat banyak. “Elsa, nikmat khan?” tanyaku sambil menyuruh Agnes mendekat. “Enak sekali Kak. Elsa belum pernah ngerasain yang kayak gitu. Boleh kan Elsa ngerasain lagi?” tanyanya dengan mata yang sayu dan senyum yang tersungging di bibirnya. Aku mengangguk. Dengan gerakan lamban, Elsa pindah mendekati Dian. Yang kemudian disambut dengan ciuman mesra oleh Dian.
“Nah, sekarang giliran kamu”, kataku sambil merangkul pundak Agnes. Kemudian, untuk merangsangnya kembali, kurendahkan tubuhku dan kumainkan payudaranya. Bisa kudengar jantungnya berdegup dengan keras. “Agnes jangan tegang ya. Rileks aja”, bujukku sambil membelai-belai vaginanya yang mulai basah. Agnes cuma mengangguk lemah. Kubaringkan tubuhku. Kubimbing Agnes agar duduk di atasku. Setelah itu kuminta mendekatkan vaginanya ke mulutku. Setelah dekat, segera kucium dan kujilati dengan penuh nafsu. Kusuruh tangannya mengocok penisku. Beberapa saat kemudian, “Kak.. aahh.. ada yang.. mau.. keluar dari memek Agnes.. aahh.. ahh”, erangnya sambil menggeliat-geliat. “Jangan ditahan Agnes. Keluarin aja”, kataku sambil meringis kesakitan. Soalnya tangannya meremas penisku keras sekali. Baru saja aku selesai ngomong, vaginanya mengalir cairan hangat. “Aahh.. aachk.. nikmat sekali Kak.. nikmat..” jerit Agnes dengan tangan meremas-remas payudaranya sendiri.
Setelah kujilati vaginanya, kusuruh dia jongkok di atas penisku. Begitu jongkok, kuangkat pinggulku sehingga kepala penisku menempel dengan bibir vaginanya. Kubuka vaginanya dengan jari-jariku, dan kusuruh dia turun sedikit-sedikit. Vaginanya sempit sekali. Maklum, masih anak-anak. Penisku mulai masuk sedikit-sedikit. Agnes mengerang menahan sakit. Kulihat darah mengalir sedikit dari vaginanya. Rupanya selaput daranya sudah berhasil kutembus. Setelah setengah dari penisku masuk, kutekan pinggulnya dengan keras sehingga akhirnya penisku masuk semua ke vaginanya. Hentakan yang cukup keras tadi membuat Agnes menjerit kesakitan.
Untuk mengurangi rasa sakitnya, kuraba payudaranya dan kuremas-remas dengan lembut. Setelah Agnes merasa nikmat, baru kuteruskan mengocok vaginanya. Lama-kelamaan Agnes mulai menikmati kocokanku. Kunaik-turunkan tubuhnya sehingga penisku makin dalam menghunjam ke dalam vaginanya yang semakin basah. Kubimbing tubuhnya agar naik turun. “Aahh.. aahh.. aachk.. Kak.. Agnes.. mau keluar.. lagi”, katanya sambil terengah-engah. Selesai berbicara, penisku kembali disiram dengan cairan hangat. Bahkan lebih hangat dari kedua kakaknya. Begitu selesai ejakulasi, Agnes terkulai lemas dan memelukku. Kuangkat wajahnya, kubelai rambutnya dan kulumat bibirnya dengan mesra.
Setelah kududukkan Agnes di sebelahku, kupanggil kedua kakaknya agar mendekat. Kemudian aku berdiri dan mendekatkan penisku ke muka mereka bertiga. Kukocok penisku dengan tanganku. Aku sudah tidak tahan lagi. Mereka secara bergantian mengulum penisku. Membantuku mengeluarkan air mani yang sejak tadi kutahan. Makin lama semakin cepat. Dan akhirnya, croott.. croott.. creet.. creet! Air maniku memancar banyak sekali. Membasahi wajah kakak beradik itu. Kukocok penisku lebih cepat lagi agar keluar lebih banyak. Setelah air maniku tidak keluar lagi, ketiganya tanpa disuruh menjilati air mani yang masih menetes. Lalu kemudian menjilati wajah mereka sendiri bergantian. Setelah selesai, kubaringkan diriku, dan ketiganya kemudian merangkulku. Agnes di kananku, Elsa di samping kiriku, sedangkan Dian tiduran di tubuhku sambil mencium bibirku. Kami berempat akhirnya tertidur kecapaian. Apalagi aku, sepanjang pengalamanku berhubungan seks, belum pernah aku merasakan yang senikmat ini. Dengan tiga orang gadis, adik kakak, masih perawan pula semuanya. That was the best day of my live.
Tamat
Aku, Istriku dan Mantan Pacarku
Uncategorized - - Posted on November, 5 at 8:46 pm
Cerita ini aku alami waktu berlibur di kota S bersama istriku. Saat itu aku ketemu mantanku waktu kerja di kota itu. Namanya Maya, sebut saja demikian. Aku dan istriku waktu itu menginap di hotel ‘S’, kami berdua sudah hampir 3 hari menginap untuk sedikit refresing dari kota J. Selama ini aku mendengar Maya hidup sendiri, dia sudah putus sama yang katanya calon suami waktu dulu dikenalkan denganku, dan dia katanya sekarang adalah biseks (moga-moga bukan begitu yang aku dengar).
Hari keempat setelah usai makan malam, aku dan istriku mulai iseng seperti biasa suami istri saling cium, saling hisap walaupun dengan pakaian setengah telanjang, namun gairah kami berdua tidak ada habis-habisnya (maklum tiap hari pikiran ini dipenuhi pekerjaan kantor, jadi wajar kalau tiap hari waktu liburan kami senantiasa berhubungan). Kata teman-temanku aku punya libido seks yang tinggi, makanya istriku kadang-kadang tidak kuat meladeni diriku di ranjang. Tengah asyik-asyiknya kami penetrasi pintu kamar hotelku diketuk, aku langsung beranjak tanpa mempedulikan istriku yang sudah ngos-ngosan tidak karuan. Betapa terkejutnya aku waktu kubuka pintu, sesosok badan yag anggun berdiri di depanku dengan celana jeans ketat dan kaos putih ketat terawang. Aku hampir terpesona “Maya..” kataku setengah gugup. “Ayo masuk,” pintaku, tanpa sadar aku sudah setengah telanjang (walau hanya memakai celana pendek waktu itu).
Dia mengikutiku masuk ruangan hotel, istriku pun tengah rebahan dan hanya ditutup oleh selimut hotel.“Ini Maya, Mah kenalin,” mereka pun saling berjabat tangan.“Oh, kalian sedang asyik yah, maaf kalo aku mengganggu?” kata Maya kemudian.Kami pun agak kikuk, namun Maya dengan santai pun berkata,“Lanjutin aja, cueklah kalian kan sudah suami istri, ayo lanjutin aja!”Aku dan istriku heran melihat hal itu, namun dengan sedikit kikuk tanpa aku pikirkan siapa dia, aku mulai lagi penetrasi dengan istriku (walaupun agak canggung). Kulumat bibir istriku, turun ke bawah di antara dua payudara nan indah yang kumiliki selama ini (ukurannya sih 34B) kujilat-kugigit puting susu istriku, dengan terpejam istriku mendesah, “Aaahh.. aahh..” dia pun tidak memperdulikan sekelilingnya juga termasuk Maya. Mulutku mulai turun ke arah di lubang kemaluan istriku dengan tangan kanan dan kiri meremas-remas kedua payudaranya. Kujilati lubang kemaluan istriku, dia pun mulai bergoyang-goyang. “Mas.. itilnya.. aahh enak.. Mas.. terus..” Aku sempat melirik Maya, dia pun melihat adegan kami berdua seakan-akan ingin ikut menikmatinya.
“Mas, ayo mulai.. aku.. udah nggak.. kuat.. nih..” lalu penisku yang sudah mulai tegak berdiri mulai masuk ke lubang vagina istriku, “Bleess.. sleepp..” begitu berulang-ulang, tiba-tiba tanpa aku sadari Maya sudah melepas semua penutup tubuhnya, dia beranjak dari tempat duduk dan mendekati istriku, dilumatnya bibir mungil istriku. Edan! pikirku, namun ini memang pengalaman baru bagi kami berdua dan lebih ada variasinya. Istriku pun ternyata membalas ciuman Maya dengan bergairah, tangan Maya pun asyik memainkan puting susu istriku. Hampir satu jam aku naik-turun di tubuh istriku, dan tubuh istriku mulai mengejang “Mas.. aku.. ke.. lu.. aagghh..” Tubuh istriku tergeletak lemas di ranjang, Maya tahu kalau aku belum sampai puncak, ditariknya diriku agar duduk di tepi ranjang, dengan penis yang masih tegak dan basah oleh sperma istriku. Maya mulai menjilati penisku dengan bergairah, “Enak Mas cairan istrimu ini,” katanya. Istriku yang melihat hal itu hanya senyum-senyum penuh arti, Maya masih dengan bergairah mengulum-ulum penisku yang panjang dan besar itu, “May, aku pengen..” Dia tahu apa yang kuminta, tanpa bertanya pada istriku Maya naik di antara kedua kaki, rupanya lubang kemaluannya sudah basah melihat adeganku dan istriku tadi.
Lalu “Bleess..” penisku sudah masuk ke vagina Maya. Istriku melihat itu hanya terdiam, namun kemudian dia bangkit dan mendorongku sehingga aku di posisi terlentang di ranjang. Ia mulai naik ke tubuhku dengan posisi lubang vaginanya tepat di atas kepalaku. “Jilati Mas..” pintanya manja. Aku mulai menjilati lubang kemaluan istriku dan klitorisnya yang indah itu, istriku dengan posisi itu ternyata lebih bisa menikmati dengan Maya, mereka saling berciuman dan posisi Maya pun naik-turun di atas penisku. Istriku dengan bergairah melumat kedua puting payudara indah milik Maya, setelah setengah jam tubuh Maya mengejang, “Mas.. aku.. mau.. ke.. aahh..” cairan panas menerpa penisku, begitu pula aku sudah ingin mencapai puncak dan tak tahan lagi spermaku tumpah di dalam lubang vagina Maya. Maya kemudian beringsut dari tempat tidur, dia berjalan ke arah tas yang ia bawa tadi, lalu mengeluarkan sebuah benda coklat panjang dengan tali melingkar, itukah yang dinakan “dildo”, aku dan istriku baru tahu waktu itu.
Maya mulai mengenakan dildonya, persis seperti laki-laki, dia berjalan ke arah istriku yang sejak tadi rebahan di sampingku. Maya mulai beraksi, dia menciumi istriku dengan bergairah, melumat puting susu istriku yang tegak, turun ke vaginanya, dijilatinya dengan puas, klitorisnya dimainkan dengan ujung lidahnya, istriku tak tahan dia mendesah-desah kenikmatan. “May.. terus..” Maya kemudian melepas vagina istriku yang tadi dijilat dan digigitnya, dia naik di atas tubuh istriku, lalu tangannya membimbing dildo yang dia pakai tepat di atas lubang vagina istriku, dengan sekali tekan masuklah dildo itu, “Aauugghh..” teriak istriku. “Enak Mas.. lebih enak dari punyamu..” katanya, aku hanya tersenyum. Maya seakan bergairah sekali dalam permainan itu, seakan-akan dia seorang laki-laki yang sedang menyetubuhi wanita, istriku pun menikmatinya. Aku sudah tidak tahan melihat adegan itu, tanpa minta ijin dulu dengan posisi membelakangi Maya aku melihat warna merah indah vagina milik Maya terpampang di depanku. Dengan sekali genjot penisku sudah masuk ke lubang itu, “Bleess..” Mata Maya sampai terpejam-pejam menikmati itu.
Setelah beberapa lama tubuh istriku tampak mengejang dan, “Ahh.. May.. sayang..” Dia lemas untuk kedua kalinya. Maya tiba-tiba menahanku, sehingga aku terdiam, dia bangkit berdiri dari posisi di atas istriku, dia mendorongku ke tempat tidur, dia melepas dildonya dan naik ke tubuhku, dia mulai lagi dengan posisi seperti awal tadi, wow nikmat sekali. Istriku bangkit dari ranjang, dia iseng mengenakan dildo yang dikenakan Maya tadi, lalu berjalan membelakangi Maya, istriku melihat dengan indah pantat Maya yang putih mulus dan halus itu. Dibelainya dengan lembut, dia mendorong tubuh Maya sehingga terjerambab, dengan posisi itu kami dapat saling berciuman dengan bergairah. Istriku lalu mengambil posisi, dengan perlahan-lahan dia memasukkan dildonya di dubur Maya (dia ingin anal seks rupanya dengan Maya), dengan gerakan lembut dildo itu masuk ke dubur Maya, Maya pun berteriak, “Aagghh sa.. kit..” istriku pun berhenti sebentar, lalu dengan gerakan maju-mundur secara pelan dildo itu akhirnya lancar masuk ke dubur Maya. Mata Maya pun sampai terpejam-pejam, “Mas.. aku.. udah.. nggakk.. ku.. at.. la..” kembali cairan panas menyerang penisku.
Istriku sudah berhenti memainkan dildonya takut Maya menderita sakit. Tubuh Maya terbaring di ranjang sebelahku, istriku yang nafsunya masih menggebu langsung menyerangku, dia dengan posisi seperti Maya tadi mulai naik-turun dan tanganku pun tak ketinggalan memilin kedua puting susunya. Setelah hampir satu jam kami bergumul, akhirnya klimaks kami berdua sama-sama mengeluarkan cairan di dalam satu lubang. Istriku kemudian beringsut, dia ingin mengulum penisku yang masih tegak berdiri dan basah oleh cairan kami berdua, Maya pun tak ketinggalan ikut mengulum-ngulum penisku. Betapa nikmatnya malam ini, pikirku.
Akhirnya kami bertiga tertidur karena kecapaian dengan senyum penuh arti semoga permainan ini dapat kami teruskan dengan didasari rasa sayang bukan karena nafsu semata di antara kami bertiga. Semoga!
Tamat
Anakku, Sarana Pelampiasanku
Uncategorized - - Posted on November, 10 at 2:46 am
Bukan salahku kalau aku masih menggebu-gebu dalam berhubungan seks. Sayangnya suamiku sudah uzur, kami beda umur hampir 15 tahun, sehingga dia tidak lagi dapat memberi kepuasan kepadaku. Dan bukan salahku pula kemudian aku mencari pelampiasan pada pria-pria muda di luar, untuk memenuhi hasrat seks-ku yang kian menggebu di usia kepala 3 ini. Namun sepandai-pandainya aku berselingkuh akhirnya ketahuan juga. Suamiku marah bukan kepalang memergoki aku berpelukan dengan seorang pria muda sambil telanjang bulat di sebuah motel.
Dan ultimatum pun keluar dari suamiku. Aku dilarang olehnya beraktivitas di luar rumah tanpa pengawalan. Entah itu dengan suamiku ataupun kedua anakku. Tak sedikitpun aku lepas dari pengawasan mereka bertiga. Secara bergantian ketiganya mengawasiku. Tommy anak sulungku yang baru masuk kuliah dapat giliran mengawasi di pagi hari karena dia masuk siang. Siangnya giliran Bagus yang duduk di kelas dua SMA, untuk mengawasiku. Dan malamnya suamiku kena giliran. Tentu saja aktivitas seks-ku pun terganggu total. Hasratku sering tak terlampiaskan, akibatnya aku sering uring-uringan. Memang sih aku bisa masturbasi, tapi kurang nikmat. Dua minggu berlalu aku masih bisa menahan diri.
Sebulan berlalu aku sudah stres berat. Bahkan frekuensi masturbasiku terus bertambah, sampai pernah sehari 10 kali kulakukan. Tapi tetap saja tak pernah mencapai kepuasan yang total. Aku masih butuh kemaluan laki-laki! Seperti pada pagi hari Senin, saat bangun pagi jam 8 rumah sudah sepi. Suamiku dan Bagus sudah pergi, dan tinggal Tommy yang ada di bawah. Aku masih belum bangkit dari tempat tidurku, masih malas-malasan untuk bangun. Tiba-tiba aku tersentak karena merasa darahku mengalir dengan cepat. Ini memang kebiasaanku saat bangun pagi, nafsu seks-ku muncul. Sebisanya kutahan-tahan, tapi selangkanganku sudah basah kuyup. Aku pun segera melorotkan CD-ku dan langsung menyusupkan dua jari tangan kananku ke lubang kemaluanku. Aku mendesis pelan saat kedua jari itu masuk, terus kukeluar-masukkan dengan pelan tapi pasti. Aku masih asyik bermasturbasi, tanpa menyadari ada sesosok tubuh yang sedang memperhatikan kelakuanku dari pintu kamar yang terbuka lebar. Dan saat mukaku menghadap ke pintu aku terkejut melihat Tommy, anak sulungku, sedang memperhatikanku bermasturbasi.
Tapi anehnya aku tidak kelihatan marah sama sekali, tangan kanan masih terus memainkan kemaluanku, dan aku malah mendesah keras sambil mengeluarkan lidahku. Dan Tommy tampak tenang-tenang saja melihat kelakuanku. Aku jadi salah tingkah, tapi merasakan liang vagina yang makin basah saja, aku turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah Tommy. Anak sulungku itu masih tenang-tenang saja, padahal saat turun dari tempat tidur aku sudah melepas pakaian dan kini telanjang bulat. Aku yang sudah terbuai oleh nafsu seks tak mempedulikan statusku lagi sebagai mamanya.
Saat kami berhadapan tangan kanan langsung meraba selangkangan anak sulungku itu. “Bercintalah dengan Mama, Tommy!” pintaku sambil mengelus-elus selangkangan Tommy yang sudah tegang. Tommy tersenyum, “Mama tahu, sejak Tommy berumur 17 Tommy sudah sering membayangkan bagaimana nikmatnya kalo Tommy bercinta dengan Mama..” Aku terperangah mendengar omongannya. “Dan sering kalo Mama tidur, Tommy telanjangin bagian bawah Mama serta menjilatin kemaluan Mama.” Aku tak percaya mendengar perkataan anak sulungku ini. “Dan kini dengan senang hati Tommy akan entot Mama sampai Mama puas!”.
Tommy langsung memegang daguku dan mencium bibirku dan melumatnya dengan penuh nafsu. Lidahnya menyelusuri rongga mulutku dengan ganas. Sementara kedua tangannya bergerilya ke mana-mana, tangan kiri meremas-remas payudaraku dengan lembut sementara tangan kanannya mengelus permukaan kemaluanku. Aku langsung pasrah diperlakukan anakku sedemikian rupa, hanya sanggup mendesah dan menjerit kecil. Puas berciuman, Tommy melanjutkan sasarannya ke kedua payudaraku. Kedua puting susuku yang waktu kecil pernah Tommy hisap, kembali dihisap anak sulungku itu dengan lembut. Kedua permukaan payudaraku dijilati sampai mengkilat, dan aku sedikit menjerit kecil saat putingku digigitnya pelan namun mesra. Aduh, tak henti-hentinya aku mendesah akibat perlakuan Tommy. Ciuman Tommy berlanjut ke perut, dan anakku itu pun berjongkok sementara aku tetap berdiri. Aku tahu apa yang akan Tommy lakukan dan ini adalah bagian di mana aku sering orgasme. Yah, aku paling tak tahan kalau kemaluanku di oral seks.
Tommy tersenyum sebentar ke arahku, sebelum mulutnya mencium permukaan lubang tempat di mana dia dulu pernah keluar. Lidahnya pun menari-nari di liang vagina mamanya, membuatku melonjak bagai tersetrum. Kedua tanganku terus memegangi kepalanya yang tenggelam di selangkanganku, saat lidahnya menjilati klitorisku dengan lembut. Dan benar saja, tak lama kemudian tubuhku mengejang dengan hebatnya dan desahanku semakin keras terdengar. Tommy tak peduli, anak sulungku itu terus menjilati kemaluanku yang memuncratkan cairan-cairan kental saat aku berorgasme tadi. Aku yang kelelahan langsung menuju tempat tidur dan tidur telentang. Tommy tersenyum lagi. Anakku itu kini melucuti pakaiannya sendiri dan siap untuk menyetubuhi mamanya dengan penisnya yang telah tegang. Tommy bersiap memasukkan penisnya ke lubang vaginaku, dan aku menahannya, “Tunggu sayang, biar Mama kulum burungmu itu sebentar.” Tommy menurut, di sodorkannya penis yang besar dan keras itu ke arah mulutku yang langsung mengulumnya dengan penuh semangat. Penis anakku itu kini kumasukkan seluruhnya ke dalam mulutku sementara anakku membelai rambutku dengan rasa sayang. Batangnya yang keras kujilati hingga mengkilap.
“Sekarang kau boleh entot kemaluan Mama, Tom..” kataku setelah puas mengulum penisnya. Anakku itu mengangguk. Penisnya segera dibimbing anakku menuju lubang kemaluan tempat Tommy lahir. Vaginaku yang basah kuyup memudahkan penis Tommy untuk masuk ke dalam dengan mulus. “Ahh.. Tomm!” aku mendesah saat penis Tommy amblas dalam kemaluanku. Tommy lalu langsung menggenjot tubuhnya dengan cepat, lalu berubah lambat tapi pasti. Diperlakukan begitu kepalaku berputar-putar saking nikmatnya. Apalagi Tommy seringkali membiarkan kepala penisnya menggesek-gesek permukaan kemaluanku sehingga aku kegelian. Berbagai macam posisi diperagakan oleh Tommy, mulai dari gaya anjing sampai tradisional membuatku orgasme berkali-kali. Tapi anak sulungku itu belum juga ejakulasi membuatku penasaran dan bangga. Ini baru anak yang perkasa.
Dan baru saat aku berada di atas tubuhnya, Tommy mulai kewalahan. Goyangan pinggulku langsung memacunya untuk mencapai puncak kenikmatan. Dan saat Tommy memeluk dengan erat, saat itu pula air mani anak sulungku itu membasahi kemaluanku dengan derasnya, membuatku kembali orgasme untuk yang kesekian kalinya. Selangkanganku kini sudah banjir tidak karuan bercampur aduk antara mani Tommy dengan cairanku sendiri. Tommy masih memelukku dan mencium bibirku dengan lembut. Dan kami terus bermain cinta sampai siang dan baru berhenti saat Bagus pulang dari sekolah. Sejak saat itu aku tak lagi stress karena sudah mendapat pelampiasan dari anakku. Setiap saat aku selalu dapat memuaskan nafsuku yang begitu besar. Dan tidak seorang pun mengetahui kecuali kami berdua.
TAMAT
Kenangan Menjadi Comblang
Uncategorized - - Posted on December, 31 at 10:18 pm
Sewaktu aku masih di SMU, aku mempunyai teman akrab yang ayahnya seorang pejabat tinggi di kantor pajak. Kami sering bolos sekolah berdua, dan kalau temanku ada yang mengganggu, aku selalu membelanya, karena aku kebetulan mempunyai ilmu bela diri sabuk hitam. Suka duka sering kami lalui bersama.
Singkat cerita, aku dan temanku naksir gadis adik kelas 1 SMU. Kemudian kami mempunyai rencana saling membantu untuk mendapatkan gadis incaran kami tersebut. Tetapi sayangnya sampai kami berdua lulus SMU, gadis incaran kami belum juga dapat kami miliki. Akhirnya kuputuskan untuk melupakan gadis impianku tersebut. Tetapi temanku masih bertekad untuk mendapatkan gadis incarannya sejak SMU, akhirnya aku pun membantu temanku untuk mendapatkan gadis tersebut. Kendala yang dialami oleh temanku adalah karena dia masih mempunyai kekasih sejak kelas 1 SMU. Tetapi aku mengatur siasat bagaimana caranya agar gadis incaran temanku itu dapat menjadi kekasihnya yang baru. Oh iya, nama temanku sebut saja Budi dan gadis incarannya bernama Ica.
Karena aku sering bertemu dengan Ica, akhirnya kami menjadi sangat akrab. Banyak teman-temanku mengira aku berpacaran dengan Ica, padahal aku menganggap Ica sebagai adikku sendiri. Karena kegigihanku, akhirnya Ica menaruh hati terhadap Budi teman akrabku. Budi memutuskan kekasihnya yang lama dan berpacaran dengan Ica. Tetapi tidak lama mereka berpacaran, Budi diberangkatkan orangtuanya ke Amerika untuk Kuliah. Sebelum berangkat, Budi sempat berpesan kepadaku agar aku menjaga Ica. Akhirnya Budi dan Ica berpacaran jarak jauh, tetapi walaupun begitu mereka berpacaran hingga setahun lebih. Ketika itu aku sudah jarang bertemu dengan Ica, karena aku sangat sibuk dengan kegiatanku.
Hingga suatu hari, Ica meneleponku agar aku datang ke rumahnya, katanya ada masalah antara Ica dengan Budi. Setelah kudatangi Ica di rumahnya, dia bercerita bahwa Budi sudah mulai berubah, karena Budi sudah kecanduan narkotik. Dan yang membuatku kaget serta heran adalah Ica rela memberikan keperawanannya kepada Budi asalkan dia mau berhenti mengkonsumsi narkotik. Tetapi Ica kecewa karena Budi memilih narkotik daripada Ica sebagai kekasihnya yang dengan rela memberikan tubuhnya dengan tujuan menyelamatkan Budi dari kecanduan narkotik. Aku tidak dapat memberikan komentar banyak kepada Ica, aku hanya berusaha untuk mengingatkan Budi agar menjauhi dunia narkotika, dan menyadari Budi bahwa Ica sangat mencintainya dengan sepenuh hati.
Tetapi setelah aku bertemu Budi, dia tidak menanggapi perkataanku, malahan kami hampir berkelahi. Namun aku mengalah untuk meninggalkannya. Kemudian aku temui Ica dan menceritakan semuanya tanpa ada yang kututupi. Dan aku menyarankan kepada Ica agar melupakan Budi dan konsentrasi untuk ujian tingkat akhir, karena pada waktu itu Ica sedang menghadapi Ebtanas SMU dan Ujian UMPTN. Aku selalu menemui dan menemani kemanapun Ica pergi. Sampai-sampai aku rela mengontrak rumah di dekat rumahnya.
Setelah Ica lulus dari SMU, dia mengajakku berlibur bersama teman-temannya di Anyer. Kebetulan orangtua Ica mempunyai villa lumayan besar di kawasan Anyer. Aku dipercaya oleh orangtua Ica untuk menjaga Ica dan temannya selama berlibur di Anyer. Kami berlibur selama 4 hari di Anyer. Aku tidur bersama dengan teman-teman Ica yang laki-laki. Setiap malam aku menemani Ica dan teman-temannya pergi ke diskotik di kawasan tersebut. Hingga suatu ketika, pada malam ketiga Ica tidak ikut teman-temannya pergi ke diskotik, alasannya dia ingin menikmati suasana malam di pinggir pantai Anyer. Maka berangkatlah semua teman-teman Ica ke tempat hiburan di sekitar Villa.
Aku menemani Ica di Villanya, walaupun dia menyuruhku pergi bergabung bersama teman-temannya. Aku memberikan pengertian kepada Ica bahwa aku harus menemani dan menjaga Ica sesuai pesan orangtuanya. Ica mengajakku bertukar pikiran mengenai masa lalunya dan rencana masa depannya. Aku mendengarkan seluruh curahan hatinya dan aku pun memberikan masukan positif untuk Ica. Tidak terasa kami berbincang-bincang hingga larut malam, dan cuaca dingin pun mulai menyentuh kulit kami. Secara tidak sadar, kami mendekatkan diri kami untuk menghilangkan rasa dingin. Secara spontan aku memeluk tubuh Ica karena kulihat dia kedinginan. Entah karena cuaca dingin yang menggoda kami, tiba-tiba tubuh kami saling berpelukan rapat.
Aku tidak sengaja menyentuh payudaranya yang kenyal dan besar, karena Ica mempunyai ukuran BH 36B. Dan Ica pun menyentuh kemaluanku yang mulai menegang dengan pahanya. Kami saling berpandangan tanpa keluar sepatah kata pun dari bibir kami. Jantungku berdebar-debar, aku merasakan bahwa aku sebenarnya menyukai Ica. Kemudian aku mulai mendekatkan bibirku untuk melumat bibir Ica yang seksi. Dan ternyata Ica pun membalas ciumanku dengan sepenuh hati. Kami saling berpagutan cukup lama. Kemudian kutarik bibirku dan mulai menciumi seluruh wajahnya dengan penuh kasih sayang. Aku mendengar nafas Ica yang mulai tidak beraturan, kemudian sambil mencium telinganya aku membisikkan bahwa aku meyukai dan mencintainya. Ternyata dia pun menyukaiku dengan memberikan tanda anggukkan kepalanya.
Tangan kiriku mulai membelai rambutnya yang panjang sebahu, sedangkan tangan kananku mulai meraba tubuhnya. Tanpa kusadari akhirnya aku menyentuh payudaranya yang kenyal dan sudah kencang, sehingga membuatku gemas untuk meremas payudaranya dengan penuh kelembutan. Nafas Ica mulai memburu kencang ketika aku menyingkap kain pantai yang hanya dililitkan di pinggangnya. Aku mulai meraba-raba pahanya yang putih mulus, kemudian tanganku mulai menggerayangi tubuhnya di balik kaos putih yang dikenakannya. Tangan kiriku ikut memainkan tali BH-nya, ketika aku mulai memainkan puting payudaranya yang sudah mengeras, tiba-tiba tangan kiri Ica mulai menyelusup ke dalam celana pendek yang kukenakan dan memijat-mijat kemaluanku yang sudah mengeras seluruhnya. Kami sudah larut dalam kenikmatan yang sebelumnya belum pernah kami rasakan.
Kemudian tangan kananku mulai menyusup ke dalam celana dalam Ica, dan mengelus rambut kemaluannya yang lebat. Aku mulai menyentuh bibir kemaluannya dan memasukkan jariku ke dalam liang keperawanannya, aku merasakan vagina Ica sudah basah, ia mengerang menahan nikmat.Tiba-tiba Ica mendorong tanganku dan berkata, “Andy, aku tidak kuat berlama-lama berada di luar.”Kemudian Ica berdiri dan menarikku dengan setengah berlari menuju ke Villa.
Setelah berada di dalam Villa, Ica mengajakku masuk ke dalam kamarnya. Ketika sampai di kamar, Ica mulai membuka seluruh pakaiannya dan yang tersisa hanya celana dalamnya saja. Tanpa menunggu lebih lama lagi, aku pun membuka pakaianku dan hanya celana dalam saja yang kukenakan. Ica menarikku ke atas ranjang, dan rebahan dengan posisi yang sangat menantang. Aku mulai menggerayangi tubuhnya dengan kedua tanganku dan menciumi serta menjilat tubuhnya mulai dari kakinya hingga kemudian wajahnya. Aku sangat bernafsu sekali ketika Ica menyuruhku untuk menjilat, menciumi payudara dan puting susunya yang menonjol keras dengan warna coklat muda kemerahan.
Kemudian aku mulai membuka celana dalamku dan celana dalam milik Ica. Kuusap bulu-bulu yang tumbuh lebat di sekitar liang kewanitaan Ica. Aku mulai memasukkan dua jariku ke dalam liangnya yang sudah basah oleh lendir dari dalam kemaluannya. Ica mengerang dan tubuhnya menggeliat menahan nikmat.Nafasnya sangat berat dan yang terdengar hanya desahan dan rintihannya, “Andy terus Dy, Ooohh.. sshh..!”Kemudian Ica bangun dan mendorongku hingga telentang. Ica mulai memegang penisku yang besar dan panjang sambil dikocok-kocok dengan gemas.
Ica mulai mendekatkan wajahnya dan menjilat serta mengulum batang kemaluanku hampir seluruhnya. Perasaanku terbang melayang menahan rasa geli dan nikmat tiada tara. Setelah Ica puas mengulum batang kejantananku, dia pun mengambil posisi telentang dengan kaki dibuka selebar-lebarnya. Tanpa menunggu lama, aku mulai menuntun batang kejantananku untuk dimasukkan ke dalam liang senggama Ica. Ica menahan sakit karena dia masih perawan. Ia memintaku untuk memasukkan batang rudalku ke dalam vaginanya secara pelan-pelan. Aku menuruti keinginannya, hingga akhirnya seluruh batang kemaluanku masuk ke dalam liang keperawanannya.
Aku mulai menggerakkan pinggul dan pantatku, sehingga batang kemaluanku keluar masuk liang kewanitaan Ica yang sudah banjir. Hingga akhirnya aku mulai merasakan sesuatu yang akan keluar dari batangku, aku berniat ingin mengeluarkan air maniku di atas tubuh Ica, tetapi Ica menarik pantatku sehingga batang kejantananku terbenam masuk seluruhnya ke dalam liang kenikmatannya dan aku memuntahkan air maniku di dalam rahim Ica. Aku juga merasakan cairan hangat yang keluar dari dalam liang kemaluan Ica. Kami sama-sama menjerit, penuh dengan rasa nikmat dan puas. Tetapi kami mengulangi perbuatan tersebut hingga pagi hari.
Kami mulai ketagihan untuk melakukan hubungan seks, bukan hanya selama liburan di Anyer saja, tetapi berlanjut hingga kini. Tetapi kami tidak dapat menikah karena Ica sudah mempunyai calon suami yang ternyata sepupunya, dan aku pun sudah mempunyai seorang calon istri. Tetapi hingga sekarang kami melakukan hubungan seks bukan dengan calon pasangan kami, aku dan Ica sengaja ingin melakukan hubungan seks sepuas-puasnya, karena Aku dan Ica tidak mungkin bersatu dalam hubungan suami istri.
Tamat
Maya mantan pacarku
Uncategorized - - Posted on May, 9 at 8:22 pm
saya tergolong orang yang memiliki nafsu seks yang besar sehingga saya sering mencari partner wanita yang bisa menerima penyaluran nafsu saya. Tapi walaupun begitu saya lebih tertarik melakukannya dengan wanita yang bisa betul-betul menikmati rasanya bercinta, bukan karena membeli di tempat-tempat prostitusi. Rasanya bagi saya berbeda sekali, saya kurang bisa menikmati rasa bercinta di tempat-tempat prostitusi dan hal tersebut sudah pernah saya lakukan sebanyak 2 kali di tempat prostitusi yang berbeda.Sering kali saya memberikan bacaan dari site in kepada rekan-rekan wanita saya yang terbilang ‘dekat’ dengan saya. Salut untuk tim web ini yang tetap eksis menyajikan bacaan seputar pengalaman sex ;D Berikut ini saya ingin berbagi pengalaman saya kepada rekan-rekan tentang pengalaman sex saya dengan mantan pacar saya yang saya anggap pengalaman ini paling berkesan di antara pengalaman sex saya yang lain.*****Kota BL, Senin-31 Desember 2007 Pukul 13.00Sama-samar kudengar suara hujan dari kamar hotel yang kubooking bersama teman-teman untuk acara tahun baru nanti malam. Kupandangi kamar yang bertarif 700 ribu dengan pandangan kagum dan bangga karena bisa menginap di hotel mewah bintang lima yang baru berdiri sejak 5 bulan yang lalu. Interior yang mewah dan suasana yang romantis serta ciri khas kebudayaan daerah yang jelas terpampang membuatku merasa nyaman untuk tinggal di kamar berduaan dengan pasangan, begitu yang terlintas di benakku.Perlahan saya bangkit dari tempat tidur berukuran king size yang telah kududuki selama 5 menit. Pandanganku yang semula menonton acara MTV kualihkan ke arah jendela. Saya berjalan menuju jendela, memandang keluar melihat kotaku yang disiram oleh hujan yang telah berlangsung selama selama dua pekan. Dingin hujan ditambah dengan dinginnya AC membuat diriku merasa bergolak untuk menikmati kehangatan dari seorang wanita yang telah lama menjadi partnerku untuk urusan sex.Klik..Kudengar suara kunci pintu diputar dan pintu kamar mandi terbuka diiringi dengan langkah seorang gadis yang keluar dari kamar mandi. Maya, begitu nama gadis partner sexku. Sebenarnya kami pernah berpacaran selama kurang lebih tiga tahun yang selalu disertai putus sambung sehingga akhirnya kami menyadari bahwa kami tidak dapat bersatu disebabkan oleh perbedaan prinsip. Namun karena masih memiliki rasa sayang kami akhirnya berkomitmen untuk menjadi ’sahabat’ yang saling membantu termasuk untuk urusan sex.“Loh, kok belum dibuka sih bajunya say. Lagi liat apa?”“Hhmm.. Gak liat apa-apa kok. Cuman lagi liat pemandangan kota aja.” jawabku.Maya berjalan ke arahku dan kemudian memelukku dari belakang. Kurasakan dadanya yang berukuran 36-B menghimpit punggungku. Rasa hangat kurasakan di punggungku, kudekap tangannya yang melingkari dadaku. Memang tinggi badan kami sepadan, yaitu 168 cm. Yang berbeda hanya beratnya saja, Maya 48 Kg dan saya 55 Kg.“Say, udah lama yah kita ga berduaan seperti ini. Saya kangen banget ama kamu.” bisik Maya.“Namanya juga tinggal berjauhan. Masak kamu tega sih nyuruh saya tiap hari bolak balik S-BL. Emangnya saya penjabat? Kalo pengacara iya. He.. He.. He..” candaku.“Ihh.. Nihh orang. Asal aja ya ngomongnya.” sambil berkata demikian Maya memasang tampang cemberut sambil melayangkan cubitan ke arah pinggang dan tanganku.Secara refleks kubalikkan badanku dan kutangkap kedua tangannya. Sambil senyum kutatap kedua matanya dan perlahan kucium bibirnya yang merah merona. Dengan mata terpejam Maya menerima ciumanku dan kedua tangannya perlahan-lahan memeluk leherku. Kedua tanganku kuarahkan ke bongkah pantatnya yang montok dan kuremas-remas. Ternyata Maya hanya mengenakan celana dalam berenda warna merah dan buah dadanya dibiarkan tanpa ditutupi dengan BH. Kurasakan lidah Maya menari bersama lidahku, kami saling berpagutan dengan penuh nafsu.Tiba-tiba..“Aduh..!! Apaan sihh! Sakit tahu!” kulepaskan ciumanku. Kurasakan sakit di bibirku. Maya sengaja menggigit bibir bawahku, raut muka nakal terlihat dari wajahnya yang bersih.“Rasain. Itu balasannya yang udah buat saya kangen selama 6 bulan. Gara-gara suara kamu yang mendesah-desah di telepon saya sampai gak bisa tidur sebelum masturbasi.” jawab Maya sambil tersenyum.Memang selama ini setiap kali kami saling telepon akan ada selingan sex telepon selama 20 menit. Hal itu sering kami lakukan sehingga membuat tagihan telepon kami menjadi bengkak. Maklumlah selama ini kami kuliah di kota berbeda. Maya di kota Sd dan saya di Kota S tetapi setiap 6 bulan saya dan Maya berusaha pulang ke kota kami di BL.“Awas kamu yahh. Kubalas nih..” Langsung kucium bibir Maya dengan penuh nafsu. Maya berusaha mengimbangi ciuman yang kulancarkan sambil tangan kanannya mengelus-elus penisku dari luar celana. Tangan kananku pun tak mau kalah, kuremas buah dada Maya sebelah kanan sambil kupelintir putingnya yang berwarna kecoklatan.Masih saling berciuman, kedua tangan Maya berusaha membuka kancing celana jins biru tua kesayanganku. Setelah berhasil membuka kancing dan resleting celanaku, secara otomatis celanaku jatuh ke bawah melewati kedua kakiku, yang tersisa hanyalah CD-ku saja. Kuangkat kedua kakiku secara bergantian untuk lepas dari celana yang sudah jatuh ke lantai. Maya langsung memasukkan tangannya kedalam CDku, perlahan-lahan tangannya mulai mengelus dan mengocok penisku yang sudah tegak berdiri dari tadi.Kulepaskan ciumanku dan dengan cepat pula kulepaskan kaos yang kupakai serta CD-ku. Begitu melihat penisku yang berdiri tegak ke atas, Maya terlihat kaget.“Gila! Say, kontolmu kok tambah gede? Habis kamu apain?”“Nggak kuapa-apain kok. Paling cuma ngocok aja waktu kita sex di telepon.”“Ah yang bener.. Jangan-jangan kamu sering ngentot ama perempuan lain yahh..”Pertanyaan Maya hanya kujawab dengan senyuman, memang gaya bahasa Maya agak kasar bagiku tapi Maya memang kuajarkan untuk berbahasa kasar ketika kami sedang bercinta karena Maya dulunya adalah gadis alim yang punya nafsu sex yang besar tapi tidak dapat tersalurkan.“Udah jangan ngerusak suasana, mo dilanjutin nga acara ngentotnya? Kalo mau buka donk CD-nya”“Ihh.. Yayangku kok jadi pemarah sih.. Hehehehhe..” Sehabis berkata demikian Maya segera melepas CD-nya. Terlihat bulu kemaluannya yang tercukur tipis dan rapi membuat diriku bertambah nafsu.Kembali kucium Maya dengan penuh nafsu sambil kutuntun Maya ke arah ranjang dan kuremas-remas kedua buah dadanya. Maya pun tidak tinggal diam, kedua tangannya asyik mengelus biji penisku dan mengocok penisku dengan lembut. Kudengar suara napas Maya dan diriku sudah mulai berat seperti habis olahraga selama 2 jam. Begitu sampai di tepi ranjang, Maya menjatuhkan dirinya secara perlahan dengan ditopang oleh kedua tangannya dengan posisi masih dalam keadaan berciuman. Begitu Maya sudah dalam posisi tidur, perlahan ciumanku mulai kuarahkan ke bagian telinganya, turun ke leher dan akhirnya berhenti di dada sebelah kanan. Kuhisap secara bergantian kedua puting milik Maya yang sudah mengeras sambil kuremas-remas dengan penuh nafsu. Tangan Maya mencengkeram kepalaku sambil merintih pelan.“Sstt.. Ah.. Ahh.. Hmm.. Eennaakk Say..”Lidahku mulai menari di kedua puting milik Maya. Kujilat, kusedot-sedot dan kugigit-gigit pelan kedua putingnya secara bergantian. Puting yang sudah mengeras seperti biji kacang atom menambah nafsuku untuk terus bermain di dadanya. Memang untuk ukuran wanita puting susu milik Maya termasuk besar dan saya termasuk lelaki yang lumayan suka dengan puting susu wanita yang besar (karena menurut mitos yang kubaca di majalah, wanita dengan puting susu besar memiliki nafsu sex yang besar pula).Kedua tangan Maya mulai mengacak-acak rambutku. Kuarahkan tangan kiriku ke daerah vaginanya. Perlahan kuarahkan jari tengahku ke belahan vaginanya. Kurasakan vagina Maya sudah mulai basah. Kumasukkan secara perlahan jari tengahku kedalam lubang vaginanya dan jari tengahku mulai bermain di dalam lubang kenikmatannya. Kedua tangan Maya menjambak rambutku secara tiba-tiba sambil mengeluarkan suara.“Uuhh.. Ahh.. Say udah nga tahan lagi nniihh.. Cepat Masukin kontolnya..!”Rengekan Maya tetap tak kuhiraukan, kumainkan kedua dadanya sambil kupercepat pompaan jari tengahku di dalam lubang kenikmatan milik Maya. Rupayanya Maya sudah tidak tahan, berkali-kali kedua pahanya menjepit tanganku. Selang 5 menit kemudian Maya mengejang, kedua pahanya menjepit tanganku dan rambutku dijambak dengan kuatnya.“Aahh..” Erang kenikmatan Maya.Tanganku penuh dengan cairan kenikmatan yang terasa hangat, jari tengahku pun terasa dipijit perlahan oleh dinding kenikmatan milik Maya. Begitu kedua pahanya mulai longgar kutarik tanganku dan kujilat cairan kenikmatan dari Maya tanpa sisa. Tampaknya saya masih haus dengan cairan kenikmatan milik Maya, segera kuarahkan kepalaku ke vaginanya dan kujilat serta kusedot-sedot vagina milik Maya. vaginanya terasa becek lagi, Maya kembali mengusap-usap kepalaku.“Say, gantian donkk. Maya khan juga pengen ngisap kontolmu, pengen rasain sperma kamu.”“Ya udah kita ganti posisi ke 69 aja. Saya di bawah yahh..”Kami pun berganti posisi, saya tidur telentang dan Maya naik diatas perutku. vagina Maya yang terlihat basah dengan warna merah kecoklat-coklatan diarahkan ke mukaku. Segera kusambar vagina, kujilat, kusedot-sedot, dan kumainkan lidahku di vagina Maya. Maya sendiri asyik dengan kontolku, perlahan dikocok dan dihisap kontolku dengan lembut disertai dengan permainan lidah Maya di seputar kepala kontolku. Kurasakan rasa dingin bercampur nikmat setiap kali Maya memainkan lidahnya di seputar kepala kontolku. Tanpa bisa kucegah kutembakan cairan spermaku kedalam mulut Maya, Maya langsung berhenti menghisap kontolku. Setelah selesai kukeluarkan spermaku Maya menelan semua spermaku dan menjilat sisa-sisa sperma yang ada di kontolku.“Satu sama yahh..” Maya tersenyum sambil mengedipkan matanya.“Spermamu banyak juga, saya sampe sempat eneg waktu nelannya..” Sambil berkata demikian Maya berlutut di samping tubuhku.“Iya udah dua minggu nggak ngocok biar bisa keluarin di mulut kamu ama di dalam memek kamu.”“Daasarr..! Masukkin ya kontolnya..” ujarnya sambil meraih kontolku dan mengarahkannya ke vagina miliknya.“Iya, masuukin aja. Saya udah nggak tahan nih..”Kontolku masuk dengan mudahnya di vagina Maya yang sudah basah oleh cairannya sendiri dan cairan ludahku. Setelah masuk semuanya, Maya mulai perlahan naik turun diatas kontolku. Dengan posisi Maya diatas dia terlihat sexy, kedua payudaranya ikut naik turun mengikuti irama Maya yang memompa kontolku. Kupeluk pinggangnya dan perlahan kugoyangkan kedua pinggulku mengikuti irama goyangan Maya. Tak lama kemudian Maya terlihat begitu liar, dia menggoyang pinggulnya dengan cepat dan ditopangkannya kedua tangannya ke dadaku.“Cepookk.. Cepokk.. Ceepookk..”, ternyata vagina Maya sudah becek sekali sehingga menimbulkan bunyi dan tak berapa lama kumudian Maya mengalami orgasmenya yang kedua.Maya pun merebahkan tubuhnya ke dadaku yang bidang, kurasakan kontolku dipijat-pijat dengan perlahan oleh dinding vagina Maya. Kubiarkan Maya menikmati sisa-sisa orgasmenya. Setelah nafas Maya mulai teratur segera kubalikkan tubuhnya dan kini posisi kami adalah missionary. Maya hanya bisa menatapku sambil tersenyum, kupompakan kontolku dengan perlahan sambil mencium bibir Maya. Semakin lama kupercepat pompaan kontol dengan hitungan 10x pompa cepat 1x tusukan yang dalam (teknik ini kupelajari semalam sebelumnya dari sebuah majalah bacaan dewasa). Rupanya Maya sangat menikmati teknik yang kulakukan padanya.“Ehh.. Hhmm.. Say.. Enakk..”“Teerruuss sayy.. Teerruuss.. Ahh..”Tiba-tiba.., “Saayy..” teriak Maya.Saya masih terus memompa vagina Maya, tak kuhiraukan teriakan dan cakaran Maya di punggungku. Kucium bibir Maya dan kemudian kualihkan ke payudaranya. Kunikmati kedua puting coklat Maya seperti saya menikmati es krim. Rasa pegal dikedua tanganku mulai terasa, perlahan kurebahkan badanku diatas tubuh Maya dan kucium bibirnya dengan nafsu. Maya tampak begitu nafsu menyambut ciumanku, dia menyedot lidahku dan memainkan lidahnya didalam rongga mulutku. Puas dengan ciuman dibibir kuarahkan ciumanku kekupingnya. Kumainkan lidahku di lekukan telinganya, hal ini membuat Maya tambah naik nafsunya.“Say.. Geellii.. Aahh..”“Sayy.. Lebbihh dallaamm lagii.. Teruusshh..”Racauan Maya tak kudengar lagi karena tiba-tiba kurasakan kontolku hendak memuntahkan ‘peluru’ yang sudah lama kutahan.“May.. Saya mo keluar nihh..”“Sama-sama.. Saya juga mo keluar kokk..”Kupercepat pompaanku dan tak lama kemudian.. Kutekan pinggulku dengan kuat ke dalam vagina Maya dan kulepaskan sperma yang sudah siap untuk bertemu dengan induknya. Sekejap rasa nikmat, puas dan lega menjadi satu membuat diriku seperti terbang ke langit kesembilan.“Saayy.. Saya.. Sayaa.. Aahh..”Kedua paha Maya menjepit pinggulku, Maya pun mengalami orgasme yang ketiga. Kubiarkan Maya memelukku, kudengar suara nafas Maya yang terengah-engah seperti lari 5 km. Berangsur-angsur nafas Maya mulai kembali normal. Perlahan kuangkat tubuhku, kulihat Maya tersenyum dengan bahagia. Kucium bibirnya dan kurebahku tubuhku disampingnya. Maya memelukku sambil tangannya mengelus-elus kontolku (Sejenak saya berpikir mengapa kontolku tidak lemas setelah berhubungan dengan Maya, apa memang nafsuku sedang tinggi. Tapi tak kuhiraukan kejanggalan tersebut karena hari ini saya memang akan bercinta sampai puas dengan Maya).“Say, tadi itu enak banget. Saya ampe keluar empat kali. Kamu emang perkasa..”“Loh.. Bukannya tiga kali? Tadi kamu tiba-tiba teriak kenapa?”“Ihh.. Kamu ini. Tadi itu pas ngentot pertama saya keluar trus keluar lagi barusan. Jadi selama ngentot tadi saya keluar 2 kali.” Maya tersenyum malu ketika mengatakan hal tersebut“Jadi hari ini saya yang menang yahh.. Hehehhehe..”“Iya, kamu yang menang. Kontol kamu enak banget say. Tambah gede dan juga kamu tambah pintar aja. Sapa yang ngajarin?”“Ada dehh.. RAHASIA. Tapi memek kamu juga enak, kelihatannya tambah sempit. Beda ama waktu kita ngentot pertama kali. Makasih yahh..! CUP..” ujarku sambil kukecup keningnya tanda ucapan terimakasih dan sayang. Tampak raut muka Maya tersipu malu bercampur senang dan memelukku dengan lebih erat lagi.“Yang penting kamu bisa membuat saya puas itu sudah cukup kok.”Setelah itu permainan kami lanjutkan seharian di kamar mandi, di ranjang, di atas kursi tamu, di depan jendela yang menghadap ke kota serta di lantai kamar beralaskan selimut hotel yang tebal. Total permainan kami saat itu adalah sekitar 8 kali.Akhirnya Maya kuantar pulang ke rumah pukul 21.45 dan saya kembali ke hotel tempat saya melakukan ‘olahraga’ nikmat bersama Maya karena malam itu saya mengadakan pesta tahun baru bersama teman-temanku. Sepanjang jalan kuputar lagu Stinky yang berjudul ‘Cinta Suci’ secara berulang-ulang dan saya pun dengan suara lemas ikut menyanyikan lagu tersebut.Tamat
Pemuas Nafsu Bos
Seks Setegah Baya - - Posted on May, 21 at 8:00 am
Aku cepat-cepat memakai celana dan merapikan bajuku, ketika kudengar ketukan di pintu. Demikian pula Sheila. Dia merapikan rambut dan bajunya. Awalnya blus yang dipakai sudah terbuka seluruh kancingnya, sehingga dadanya yang putih dan indah itu terlihat. Sheila lalu duduk di meja kerjanya dan menyuruhku membukakan pintu.Agaknya Rosita yang datang dengan map ditangan. Dia melihatku dengan pandangan aneh. Entah apa yang dipikirkannya. Aku melihat jam ditangan hampir pukul 14.30. Waktu makan siang sudah habis. Pantas saja Rosita, sekretaris Sheila, sudah kembali mengerjakan tugasnya.Sheila tengah membaca proposal yang dibawa Rosita, sementara aku hanya diam saja di sofa ruangan Sheila. “Mungkin cukup untuk siang ini, Wim. Lakukan tugas yang kuberikan tadi dengan baik”, kata Sheila memecah kesunyian di antara kami.Aku hanya mengangguk, lalu keluar dari ruangan itu. Sheila adalah bosku langsung. Usianya 34 tahun. Tetapi dia belum menikah. Padahal, menurutku, dia sudah memiliki segalanya. Rumah, mobil dan penghasilan besar. Entah kurang apalagi dia, sehingga sampai sekarang masih melajang.Antara aku dengan Sheila bukan hanya sebatas hubungan atasan bawahan lagi, melainkan lebih dari itu. Sebab, Sheila selalu menuntut aktivitas seksual, jika kami hanya berduaan. Padahal aku sendiri sudah menikah. Wina, istriku, termasuk tipe wanita yang setia. Dia memang bukan wanita karier. Namun dia mencoba mengerti pekerjaanku. Kami sudah menikah tiga tahun, dan belum juga dikaruniai anak.Sebenarnya aku tak pernah punya niat untuk berselingkuh. Di dalam hatiku juga tidak ada niatan untuk menggantikan Wina dengan wanita lain. Tetapi godaan dari Sheila sungguh membuatku tak mampu untuk menolak. Kecantikan Sheila sebenarnya bukan hal utama yang menarik lelaki, termasuk diriku. Tetapi justru dengan wajahnya yang biasa-biasa saja, dia berkesan sensual dengan kulit putih dan tubuh ramping tanpa lemak. Ditambah lagi dengan kegesitan dan kedinamisan geraknya, membuat laki-laki banyak mengaguminya.Di kantorku saja, beberapa manajer dan direktur tertarik padanya. Tetapi anehnya, dia tetap dingin menanggapinya. Entah apa sebabnya dia justru memilihku untuk melayaninya di tempat tidur. Pada awal mulanya aku selalu hormat padanya. Lebih-lebih karena aku termasuk pegawai baru di kantor ini. Itu sebabnya aku berusaha menunjukkan kesungguhanku dalam bekerja.Pada suatu siang aku dipanggil keruangannya. “Wim, perusahaan mengirimku untuk menemui klien di Bandung. Aku ingin kamu ikut agar suatu saat kalau aku berhalangan datang kamu bisa menggantikan tugasku”, katanya.Aku senang sekali mendengar hal itu. Berarti Sheila percaya kepadaku. Aku mengabarkan hal ini kepada Wina. Dia sama sekali tidak curiga, meskipun aku bilang hendak menginap di hotel bersama bos wanitaku. “Aku percaya kepadamu. Ini juga demi kemajuan kariermu”, katanya memberi semangat.Kami berangkat dengan kereta. Sepanjang perjalanan, kami banyak mengobrol tentang hal-hal pribadi. Termasuk perkawinanku dan harapanku. Tetapi aku susah sekali mengorek tentang pribadinya, karena ia hanya tertawa saja ketika kutanya mengenai pria idamannya.Pukul 22.00, kami tiba di salah satu hotel berbintang di Bandung. Agaknya perusahaan kami hanya menyediakan sebuah kamar untuk Sheila. “Tidak mengapa Win, kita bisa menggunakan bed ekstra untuk kamu. Hitung-hitung pengiritan”, katanya membaca kebingunganku.Sebenarnya aku canggung sekali harus tidur sekamar dengan wanita lain. Lebih-lebih wanita itu adalah bosku. Namun aku tidak kuasa menolak perintahnya. Lagipula aku tidak punya uang untuk itu. Kulihat Sheila tidak canggung berada sekamar denganku. Dia malah seenaknya membuka blazer, dan hanya menggunakan kamisol dan celana pendek, lalu masuk ke kamar mandi Aku hanya duduk terdiam saja. Rasa sungkanku ternyata lebih banyak mempengaruhiku, sehingga aku tidak bisa bersantai.Tak lama kemudian Sheila keluar dengan hanya menggunakan mantel handuk, rambutnya yang sebahu basah.“Wim, kamu gak mau mandi?, sekalian kamu mandi kan saya bisa bertukar pakaian”, katanya.“Baik Bu, saya juga mau mandi sekarang ini”, kataku.“Kalau tidak sedang di kantor, atau menemui klien, kamu panggil aku dengan Sheila aja, Bukankah usia kamu lebih tua ketimbang saya?”.“Baiklah, Sheila”, jawabku sambil segera masuk ke kamar mandi. Saat mandi aku kembali membayangkan istriku yang ada di rumah, kelembutannya, tak terasa aku seperti dekat dengannya, ada letupan-letupan kecil dari gariahku yang membuat alat kelaki-lakianku menggeliat-geliat dan mengeras. Dan aku memain-mainkan beberapa saat lamanya dengan menggunakan sabun seperti biasanya.Ketika aku membuka pintu kamar mandi dan keluar, aku melihat Sheila masih sedang mengeringkan rambut dengan menggunakan hair-dryernya. Tetapi Sheila sudah mengenakan gaun tidur putih yang amat tipis. Saking tipisnya sehingga aku bisa melihat bahwa tidak ada pelindung yang menutupi keindahan payudaranya, hanya terlihat Sheila menggunakan CD warna putih saja.Sinar lampu kamar yang remang-remang ditambah dengan lampu dari meja rias membuat baju tipisnya menerawang. Sebagai lelaki normal aku menelan ludah melihat pemandangan ini. Aku bisa melihat lekuk-lekuk tubuhnya yang indah. Pinggangnya yang ramping membuatku berdecak kagum dalam hati. Tetapi aku tidak berani memandangnya dengan lama-lama.“Wim, Saya sudah menelepon ke bagian house keeping, ternyata Ekstra Bed sudah habis”, katanya.“Ah tidak kenapa-napa kog Sheila, Saya bisa tidur di bangku saja”, jawabku.“Jangan Wim, malam ini kamu harus beristirahat penuh, sebab besok kamu harus menjalankan tugas pertama kamu dengan sebaik-baiknya, sayapun tidak keberatan kamu tidur di ranjang” jawab Sheila sambil mematikan lampu ruangan, dan kami pun berusaha tidur.Satu jam telah berlalu, namun mataku tidak bisa terpejam. Kulihat Sheila sepertinya sudah tidur. Akupun berusaha memejamkan mataku supaya bisa cepat tidur. Tiba-tiba aku merasakan adanya dekapan halus di dadaku. Aku mengintip dari sebelah mataku, ternyata sheila masih tertidur mungkin aku dianggapnya sebagai guling. Aku tidak berani membangunkannya, kudiamkan saja dan aku kembali berusaha tidur. Kira-kira beberapa menit kemudian kurasakan tangan Sheila berpindah tempat dari dadaku tiba-tiba berpindah menempel di atas celanaku, tepatnya di atas kemaluanku.Akupun tetap membiarkannya, dan tetap berusaha untuk tidur, tapi tetap aja gagal. Adanya tangan lembut menempel di atas penisku, membuat jantungku berdegup kencang. Tanpa bisa kukendalikan lagi, darah-darah di dalam pembuluh tubuhku bergerak dengan cepatnya kearah kemaluanku. Dan kurasakan aku tidak mampu lagi menahan aliran tersebut, hingga kurasakan kemaluanku mulai mengeras secara perlahan-lahan sampai akhirnya menegang dan sangat keras, sedangkan tangan Sheila tetap saja bertengger di atas kemaluanku.Tiba-tiba aku merasakan adanya gerakan halus yang datangnya dari jari-jari Sheila, seperti gerakan mengelus-elus kecil ke seluruh batang penisku. Aku tetap diam saja tidak berani memberikan reaksi, namun tetap aku merasakan seluruh elusan-elusan tangannya yang lembut, membuat penisku kini menjadi ereksi dengan sempurna. Dan aku sangat menyesalkan ketika tiba-tiba tangan Sheila berpindah tempat menuju ke perutku. Ah kenapa harus berpindah tempat, pikirku dengan kesal.Namun kekesalanku tampaknya tidak berlangsung lama, karena aku merasakan perlahan-lahan tangan Sheila kembali turun ke arah bawah, namun sampai di perbatasan celanaku tangan Sheila kembali diam. Ah Sheila jangan menyiksaku seperti ini doaku memohon. Seperti bisa membaca seluruh pikiranku, tangan Sheila kembali mulai bergerak-gerak kecil, dan astaga! kini tangan Sheila tidak bergerak di atas celanaku, tetapi secara perlahan tetapi pasti tangannya masuk ke dalam celanaku dan mencengkeram dengan lembut batang penisku yang sangat ‘tegang’. Dan beberapa saat kurasakan tangannya bergerak turun naik, batang kemaluanku dikocok-kocok dengan lambut, napasku sudah tidak beraturan lagi, dan tiba-tiba wajah Sheila mendekat ke wajahku.“Wim, kamu belum tidur kan?” tanyanya lembut. Aku membuka mataku dan kulihat Sheila sudah dekat sekali dengan wajahku.“Belum Sheila”, jawabku.“Ehm.., Wim, maukah kamu menggangap aku sekarang ini sebagai istrimu, aku membutuhkan kasih sayang dan kehangatanmu malam ini”, pintanya. Seperti terhipnotis saja aku mengangguk kecil setelah menyaksikan dadanya yang putih mulus dan masih kencang tidak tertutup karena belahan baju tidurnya yang rendah.Begitu mendapatkan signal setuju dariku, Sheila tanpa sungkan-sungkan lagi kini mencumbuku dengan panasnya, Ciumannya yang dahsyat membuatku mengikuti seluruh kegairahan yang tertumpah dari Sheila. Dalam gairah yang menggebu-gebu tanpa terasa pakaian yang kami gunakan satu persatu terlepas dan akhirnya kami bergelut tanpa menggunakan apa-apa lagi. Sheila memang luar biasa, aku hanya bisa menahan napas ketika Sheila memain-mainkan lidahnya dan mengulum seluruh batang penisku dengan lincahnya. Dan akupun membalas dengan hebatnya dengan merangsang seluruh bagian-bagian payudaranya apalagi ketika aku melumat habis clitoris yang terdapat di vaginanya, tampak tubuh Sheila menggelinjang-gelinjang tak kuasa menahan nikmat. Malam itu kami lalui berdua dengan penuh kepuasan.Pagi harinya aku baru sadar dan bahkan setengah tidak percaya mengingat kejadian tadi malam yang begitu mengesankan. Aku masih melihat Sheila tertidur pulas tanpa busana di sampingku. Aku baru saja hendak bangun, ketika Sheila menggeliat bangun dan tersenyum kepadaku.“Kamu hebat, Wim. Aku sampai kewalahan loh”, katanya. Kemudian dia naik ke atas perutku, lantas mendekatkan kepalanya ke wajahku. Dalam keadaan itu, dua benda lembut menyentuh dadaku. Agaknya dia ingin membuatku terangsang. Dan, kami berdua seperti lupa diri lagi.Sejak itu hubunganku dengan Sheila berubah. Kami sering melakukan hubungan seksual, pada waktu senggang di kantor. Ini memang sangat memungkinkan pada waktu jam makan siang. Agar tidak mencolok, kami berangkat dengan kendaraan masing-masing. Kemudian bertemu di tempat yang telah ditentukan. Menjelang sore kami kembali ke kantor, dengan kendaraan masing-masing.Sudah hampir enam bulan ini aku melayani gairah Sheila di ranjang. Selama ini hampir setiap hari aku harus mencumbunya agar hasrat seksnya terpuaskan. Aku juga tak tahu, apa yang membuatku begitu mudah berpaling kepadanya. Sebenarnya aku tak sepenuhnya melupakan Wina, Sheila hanya menuntut pelayananku pada jam kamtor saja. Pada malam hari dia tak pernah menghubungiku. Apa sebenarnya yang dinginkan Sheila?Dia sepertinya tidak menginginkan hubungan yang serius denganku. Keinginannya bertemu denganku hanya karena dia tidak mampu menahan hasrat seksualnya. Dia tak pernah menanyakan, bagaimana hubunganku dengan Wina. Terus-terang, kadang-kadang aku merasa kredibilitas pekerjaanku tidak terlepas dari pengaruhnya sebagai atasan.Kadang-kadang aku berniat untuk menolak ajakannya bermain seks. Namun, aku takut karierku akan macet total lantaran tidak mengikuti keinginannya. Selama ini aku merasakan karierku mengalami sedikit kemajuan, setelah aku selalu mengikuti seluruh perintah-perintah ‘lainnya’. Sheila banyak membuka order buatku sehingga penghasilanku dapat bertambah.Sekarang kami sudah jarang berkencan di hotel. Tetapi itu bukan berarti aktivitasku melayaninya juga berhenti. Tempat kencan kami berpindah ke ruang kerjanya. Ketika jam makan siang, Sheila memanggilku di ruangannya, Dari gerak-geriknya, aku tahu pasti dia meminta ‘jatahnya’ siang ini.“Aku lapar Sheila, Aku ingin makan siang dulu”, elakku.Tetapi Sheila justru tersenyum, “Nih aku telah menyiapkan makanan untukmu” katanya sambil menyodorkan sepiring nasi siap saji.Rupanya dia menyiapkan segalanya. Aku tidak punya alasan lagi untuk menghindarinya. Dengan lambat kuhabiskan makan siangku karena aku tahu aku akan membutuhkan tenaga yang banyak untuk melayani Sheila. Dan begitu makan siangku selesai, Sheila tidak mau membuang waktunya. Aku duduk di sofa hitam, sementar Sheila duduk di atas pangkuanku. Wajahnya dihadapkan persis di wajahku, lantas dia mulai menciumiku.Sheila membuka kancing bajuku satu persatu, sembari terus mencumbuiku. Sampai pada kancing terakhir, tangannya dengan lincah bergerak ke celanaku. Dan cerita selanjutnya akan panjang kalau diceritakan, yang jelas aku dan penisku berusaha setengah mati supaya tidak ‘kalah’ selagi tangan-tangan Sheila mengocok-ngocok penisku dengan bernafsunya.Tingkah Sheila tidak hanya berhenti di situ saja. Dengan gaya erotis dia mulai membuka bajunya satu persatu sampai tak tersisa sehelai benangpun. Kemudian membaringkan tubuhnya yang telanjang itu dikarpet dan menarik tanganku untuk mendekat. Melihat tubuhnya dalam posisi ini membuat darah kelaki-lakianku menggelekak. Sejurus kemudian aku sudah menindih tubuhnya dan melakukan ‘tugas siangku’ sampai dia mengerang karena klimaks yang dirasakan.Karena kemampuanku memberikan klimaks kepada Sheila di dalam setiap memenuhi hasrat seksualnya itulah, maka hampir setiap hari Sheila memintaku untuk datang ke ruangan kerjanya untuk ‘melaksanakan tugas’. Harus kuakui akupun mendapatkan pengalaman bercinta yang hebat, setelah mengenal Sheila.Tamat
Nafsu Semalam
Seks Setegah Baya - - Posted on June, 16 at 8:03 am
Namaku Marwan, umurku 26 tahun, seorang pengangguran. Aku pernah sekali menjadi gigolo (yah.. sebutan kasarnya). Ketika itu aku baru pertama kali merantau dari kampungku di pulau Jawa ke Banjarmasin. Seorang temanku bekerja di sana. Aku menyusul temanku itu ketika dia mengirimiku alamat yang cukup jelas, lagipula aku dengar Farid, nama temanku itu, sukses di perantauan. Dia bekerja di sebuah pabrik pengolahan kelapa sawit.“Daripada kamu nganggur di kampung, lebih baik ke Banjarmasin saja, Wan. Kebetulan lagi ada lowongan kerja.” begitu katanya suatu kali. Berbekal uang tujuh ratus ribu aku berangkat ke Banjarmasin.Setibanya di pelabuhan Farid menjemputku. Dari situlah aku tahu kehidupan Farid yang benar-benar kecukupan. Rumahnya tak besar, tapi cukup bagus, dan yang pasti rumahnya sendiri.“Wah.. kamu benar-benar hebat, Rid.” pujiku.“Pintar-pintar kita saja cari duit, Wan. Setidaknya punya obyakan sampingan.” jawab Farid dengan senyum yang misterius.Aku nggak langsung dapat kerja, tapi nunggu dulu karena ternyata lowongan di tempat kerja Farid sudah terisi. Karena nggak kerja semakin lama semakin habis uang yang kubawa dari kampung. Sebenarnya makanku ditanggung sama Farid, tapi nggak enak kan kalau setiap hari, sedangkan tahu sendiri kalau biaya hidup mahal di Banjarmasin.Setelah satu bulan numpang di rumah Farid aku mulai tahu apa sebenarnya obyekan sampingan Farid yang tak lain adalah melayani nafsu tante-tante girang (alias gigolo). Bergidik juga aku ketika suatu malam mendengar suara-suara gaduh yang janggal di kamar sebelah (kamarnya Farid). Ketika aku intip, ehh.. Si Farid lagi disepong sama seorang wanita stw. Habis itu aku melihat Farid dikasih beberapa lembar ratusan rupiah. Dan ketika Farid tahu kalau aku pergoki, dia cuman tersenyum kecut.“Kalau mengandalkan gaji buruh pabrik sih, nggak bisa kirim ke kampung.” itu dalihnya.Bahkan setelah aku tahu kalau Farid adalah seorang gigolo, dia malah semakin tak sungkan melakukan bisnis mesumnya itu di rumah. Iiih.. betapa tersiksanya aku mendengar deru-deru nafas mereka di kamar sebelah setiap malam. Walau sebenarnya aku ngiler juga. Bayangkan setiap malam Farid bisa mengeloni dua sampai tiga wanita, dan tidak semuanya stw. Ada juga yang sepertinya masih lajang. Setiap malam pula omsetnya bisa sampai dua juta. Ngiri banget aku.Malam itu aku tak menyia-nyiakan kepergian Farid. Dia nggak pulang malam ini, lembur katanya. Dan kebetulan sekali telpon berbunyi. Siapa tahu dari langganan Farid, karena biasanya transaksi mereka terjadi via telpon.“Halo Farid..aku Sandra.” terdengar suara mendesah di seberang begitu telepon diangkat.“Aku tunggu di Platinum 156, cepat yah.. aku sudah telanjang sekarang..”Glek! Aku telan air liurku berkali-kali. Job Farid datang. Bagaimana nih? Apa aku harus datang? Aku lihat isi dompetku, tinggal dua ratus ribu doang. OK deh, aku datang.Hotel Platinum, tak susah mencarinya. Kemarin malam aku diajak Farid keliling-keliling kota dan sempat makan di restoran hotel itu. Setelah bertanya letak kamar kepada resepsionis aku segera menuju kamar 156. Didepan kamar aku kembali ragu, masuk atau tidak ya? Masuk tidak masuk tidak, aku hitung kancing kemejaku. Masuk.Kreek..Pintunya tak dikunci. Aku masuk dengan ragu-ragu. Kamar hotel itu seluas kamar Farid walau sedikit lebih bagus penataan ruangnya. Seorang wanita berumur 30 tahunan berada di atas ranjang. Dia agak terkejut ketika menyadari bukan Farid yang datang. Tapi kemudian dia tersenyum genit. “Siapapun kau aku ingin bercinta denganmu. Kemarilah..”Sandra beranjak dari ranjang. Glek. Kutelan liurku ketika hendak meleleh. Wanita yang hanya memakai stoking rajut tipis tanpa CD dan BH itu segera mendekatiku. Stokingnya hanya sebatas lutut, lengannya juga tertutup stoking tapi badannya polos sama sekali. Seekor kupu-kupu menghias di payudaranya sebelah kiri. Kedua gumpalan dadanya sekal dan besar banget, dan menantang banget. Begitu menantang sampai-sampai burungku bangun.Sandra mengitari tubuhku yang sedikit gemetaran.“Siapa namamu, sayang..” desah serak-serak seksi itu menyembur tipis di belakang telingaku.“Ss.. saya Marwan.” jawabku gemetaran.“Marwan? Hmm.. jangan panik, kamu baru pertama ya? Aku suka banget..” kata Sandra sambil menggosok-gosokkan kemaluannya yang gundul ke pahaku.Siir.. tiba-tiba saja penisku tegang.“Kalau gitu aku ajarin yah..” tambahnya sambil menggosokkan kemaluannya makin keras dan makin mepet di pahaku sampai celanaku sedikit basah oleh cairan yang keluar dari vaginanya.Lalu perlahan wanita yang sedikit jangkung itu mencium bibirku lalu berkata“Balaslah Wan, hisaplah bibirku”.Aku menghisap bibir tebalnya. Bibiritu terasa kenyal banget ditambah bau tubuhnya yang wangi. Tiba-tiba Sandra memegang kemaluanku, aku sangat kaget.” Wah pistolmu sudah tegang Wan,” kata Sandra sambil tangannya dimasukkan kedalam celana jeansku. Darahku berdesir-desir, nafasku kembang kempis dirangsang sedemikian rupa.Sandra berusaha melepaskan celana jeansku, tapi bibirnya masih terus aku lumat dengan penuh nafsu hingga akhirnya aku tinggal memakai celdam saja. Kami masih saling melumat, tapi tanganku mulai menggerayangi dada sekal Sandra. Tanpa gemetar lagi aku memegang buah dadanya dan memelintir putingnya. Sandra mendesis-desis lirih merasakan kenikmatan belaianku.“Wan.. kamu memabukkan..ehgh..”Nafasnya memburu berpacu dengan nafasku.Aku menuruni leher mulus Sandra lalu berlabuh di kedua gundukan buah dadanya. Lalu dengan memberanikan diri aku menciumi putingnya, dan Sandra bertambah mendesis,“Teruslah Wan, terus.. ach.. nikmat banget..”.Tanganku meremas-remas kedua bokong Sandra yang padat dan sekal. Sesekali jemariku menyusuri belahan pantat itu terus sampai ke lubang vaginanya. Sandra yang semakin kegelian semakin merapatkan tubuhnya sehingga aku semakin leluasa mengenyot payudaranya. Aku hisap putingnya kuat-kuat membuat Sandra mendorong kepalaku semakin terbenam diantara belahan payudaranya. Aku sadari betul perubahan yang terjadi pada buah dada Sandra, semakin membengkak menggemaskan dan putingnya tegang, kenyal dan menantang.“Wan.. ach.. ehmm ehmm” Sandra kembali melenguh-lenguh ketika jemariku mengutak-utik klitorisnya. Entah sudah berapa kali vagina itu mengeluarkan lendir kenikmatan birahi Sandra. Panas birahinya sudah sampai di ubun-ubun.Setelah puas menghisap puting buah dada Sandra aku mencoba menciumi vaginanya, tapi Sandra berkelit.“Aku pengin pistolmu dulu, pangeranku..” katanya kemudian.Sandra mendorongku terlentang diatas kasur empuk kemudian dia menungging diatas tubuhku kemudian sibuk menciumi penisku yang masih tertutup celdam krem. Posisi Sandra yang menungging memunggungiku membuatku leluasa mengutak-atik klitorisnya kembali. Kemudian aku memasukkan jempol kiriku ke dalam lubang kawinnya.“Uach.. Marwaann..”Mudah sekali jempolku itu masuk ke dalam vaginanya. Lendir kental mengalir di selakangnya. Aku permainkan jempolku keluar masuk vaginanya, Sandra semakin bergelinjangan. Entah saking tak tahannya, Sandra segera mengeluarkan penisku dari CD lantas mengemutnya.“Egh.. ach..Sand..”Dadaku sesak menahan birahi yang meletup-letup didadaku. Baru pertama kali ini batang kemaluanku dihisap oleh seorang wanita. Sandra begitu terampil mengenyotnya. Semakin kuat Sandra menyedotnya danCrot..crot.. aku tak tahan lagi.Spermaku keluar begitu saja. Tapi Sandra begitu menikmati spermaku yang muncrat seluruhnya ke dalam mulutnya.“Mhmm.. nikmat Wan.. aku suka, lagi dong..”Begitu Sandra hendak mengenyot penisku lagi, aku segera menarik bokongnya hingga hampir menduduki mukaku. Langsung saja aku sedot vaginanya“Aaach..” teriak Sandra tertahan.Sudah tak tahan aku, aku kerjain vagina Sandra habis-habisan. Aku ciumi, aku gigit-gigit klitorisnya bahkan aku sudah berhasil memasukkan tiga jari tengahku sekaligus. Sandra misuh-misuh tapi segera mendehem-dehem keenakan. Aku sudah tak terkendalikan. Kalau sejak tadi aku seperti diajari sama Sandra, kali ini aku bekerja dengan naluriku sendiri. Dan kurasa Sandra tak keberatan, karena sekarang dia mendengking-dengking keasyikan.Sruup..sruup..Lendir kawin Sandra aku sedot dengan kekuatan penuh. Seluruh tubuhnya menggelinjang liar, lalu kembali lendir-lendir itu mengalir deras bagai sungai.“Ough.. Wan, aku nggak tahan lagi..” erang Sandra semakin melebarkan selakangnya.Lalu penisku dipegangnya dan dimasukkan kedalam vaginanya yang sudah licin berlendir. Perlahan-lahan batang pistolku amblas ke dalam lubang vagina Sandra,“Ach.. engh..” desisnya kemudian.Dan Sandra mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya ketika aku mulai mengocok-ngocok penisku. Penisku terasa mengembang didalam vagina Sandra, Sandra pun semakin mendesis.“Ach.. Wan.. ehm.. ah..”Jemariku meremas-remas payudaanya. Sandra terus menggoyang-goyangkan pantatnya sambil berkata, “Aku mau datang nih.. “.“Hegh eh..” hanya itu yang aku jawab sebab aku masih sibuk menggenjot vaginanya.Dan tak lama kemudian Sandra menjerit histeris karena orgasme dan mengeluarkan lendir kawinnya disela-sela penisku yang masih tegang. Semakin liar aku remas-remas kedua buah dada Sandra hingga beberapa menit kemudian aku berbisik“San.. sedikit lagi aku juga mau keluar”.Kemudian aku semakin memperkuat tekanan batang penisku keliang vagina Sandra, sehingga tidak lama setelah itu aku memuncratkan air maniku kedalam vagina Sandra bersamaan dengan keluarnya cairan kawinnya untuk kedua kalinya.“Uwah..” pekik kami bersamaan.Belum puas aku memompa penisku yang masih haus, aku meminta Sandra menungging. Dari belakang aku segera menekan masuk penisku diantara pantatnya. Sandra mengejang beberapa saat. Tampaknya lubang pantatnya masih sangat sempit hingga penisku sedikit kesulitan menembusnya.“Egh.. ach.. sakit Wan..” erang Sandra.Akhirnya seluruh batang penisku sanggup menembus masuk ke lubang pantat Sandra. Bagai remuk penisku digencet lubang yang masih sempit itu. Tapi sedikit tertolong karena spermaku kembali keluar membasahi liangnya. Kembali aku kocok-kocok penisku maju mundur. Sandra mengerang panjang merasakan sesuatu yang sebelumnya belum pernah dirasakannya. Tangannya meremas-remas payudaranya sendiri yang sudah sangat bengkak, bagai mau meledak. Aku pompa penisku sampai lima balas menit, setelah itu aku mengerang kembali mendapatkan puncak libidoku.Penisku aku cabut dari dubur Sandra. Terasa tubuh ini sangat lemas, Sandra berbaring di sampingku. Kami saling berpelukkan dan berciuman. Ranjang itu sudah berantakan sekali.“Wan.. kamu hebat, bahkan lebih hebat dari Farid. Sepertinya aku mencintaimu.” bisik Sandra sambil terus menciumiku.“Kamu mencintaiku atau mencintai pistolku?” sindirku.“Hi.. hi.. kamu ini bisa saja..” Sandra mengikik lirih sambil menyentil-nyentil batang penisku yang belum lemas benar.“Kamu masih mau berlayar lagi, San?” tanyaku kemudian karena merasakan libidoku sedikit bangkit.“Ah.. tidak sekarang, aku sudah tak kuat. Tapi aku puas banget say..”“Kalau begitu jangan coba-coba membangunkannya, atau kita akan kembali melayang di atas angin.” bisikku membuat Sandra semakin geli.Ketika aku hendak pergi mandi aku lihat tubuh Sandra yang full naked itu. Kedua buah dadanya merah membengkak sedikit menguatirkan. Bekas-bekas remasan tangan-tangan kami menghias di kegua gundukan bengkak itu. Putingnya sedikit menghitam, mungkin karena aku terlalu kuat menyedotnya. Wajah Sandra terlihat kusut, tapi masih cantik. Keringatnya masih membasahi tubuh jangkung nan langsing itu. Beberapa kali terdengan gumaman dari bibir tipisnya, mungkin masih menikmati sisa-sisa pelayaran kami. Aku tersenyum tipis lalu masuk ke kamar mandi.Begitulah, aku menjadi pemuas nafsu Sandra. Kami sama-sama puas dengan permainan kami barusan. Setelah itu Sandra menceritakan tentang sisi kehidupannya kepadaku. Dan tak lupa di akhir perjumpaan kami, di tengah malam buta, Sandra menyelipkan sebuah amplop ke dalam CD-ku. Kami berpelukan sebelum aku pergi, dan berjanji akan memanggilku lagi kalau dia sewaktu-waktu dia membutuhkan.Tamat
Pacarku yang manis 1
Seks Pengalaman Pertama - - Posted on August, 4 at 8:30 pm
Aku mempunyai pacar, sebut saja namanya Liza. Selama pacaran aku hanya pernah menciumnya sekali saja, yaitu pada saat kami jadian kurang lebih sebulan yang lalu. Setiap aku memboncengkannya dengan sepeda motor, punggungku sering menjadi sasaran payudaranya yang lumayan besar kurang lebih ukurannya 36 B pada saat aku mengerem mendadak. Aku jadi semakin terangsang melihat tubuhnya yang mulai mekar di usianya yang seminggu lagi genap 20 tahun. Aku sendiri sudah berumur 24 tahun. Aku sering memimpikan bisa tidur dengannya.Suatu siang Liza datang ke rumahku, yang pada saat itu aku dan penghuni rumah lainnya belum pulang. Ketika tiba dirumah aku melihatnya tertidur di atas kursi teras rumah. Aku pun membangunkannya lalu mengajaknya masuk. Karena masih mengantuk ia tidak melihat kalau di depannya ada kursi kecil sehingga ia tersandung dan akan terjatuh, secara refleks aku menarik tubuhnya agar tidak jatuh hingga kami berpelukan. Namun karena tidak siap aku juga kehilangan keseimbangan dan ikut terjatuh menindih tubuhnya. Liza terjatuh terlentang dan kepalanya membentur lantai dengan cukup keras sampai ia pingsan.Perlahan aku membangunkan Liza yang tidak bergerak, namun ia tidak segera sadar. Sejenak aku melihat bagian dada Liza naik-turun dengan tenang, seperti orang yang tidur lelap.“Liz.. Liz.. Liza..” aku memanggil, tapi gadis itu tetap diam.Aku ulangi lebih keras di dekat telinga, juga diam. Aku guncang-guncangkan pundak Liza, juga diam. Nekad, aku membuka kedua kelopak mata Liza untuk lebih meyakinkan. Tetap tak ada reaksi.“Hi hi hi.. wah kesempatan nih aku bisa menikmati tubuhmu Liz.. payudaramu bakal kuremas dan kumakan,”Bisikku sambil meremas-remas kedua payudara Liza yang masih tertutup berlapis kain.“Vaginamu ini juga bakal aku kerjain,” lanjutku sambil meremas-remas pangkal paha Liza dari luar pakaiannya.Kuperlakukan seperti itu, Liza tetap tak bereaksi. Lalu aku membopongnya ke dalam kamarku dan membaringkannya di atas tempat tidurku. Lalu aku menutup semua pintu rumahku, lalu kembali lagi ke kamarku. Aku menyeringai melihat gadis yang telah kupacari selama sebulan itu dalam keadaan tak berdaya.Seperti singa kelaparan menerkam mangsanya, kedua tanganku langsung mencengkeram gundukan di dada Liza yang tertutup baju. Aku terus meremas dan menarik-narik gumpalan daging dalam genggamannya itu ke kanan, kiri dan atas. Akibatnya, baju Liza di bagian dada kusut.“Hmm.. Vaginamu boleh juga, tebel kayak kue apem,” bisikku sambil kini meremas pangkal paha Liza.Aku lalu melepas 3 kancing di bagian atas baju Liza. Lalu, bagian bawah bajunya kutarik hingga melewati kepalanya. Liza ternyata mengenakan kaus lengan pendek bodyshape yang membuat payudaranya tampak menonjol dan kemulusan lengannya terlihat bebas. Tak berlama-lama, aku melepas kaus itu. Perhatianku beralih ke bagian bawah tubuh Liza yang tertutup rok dalam transparan. Rok dalam itu pun segera lepas. Aku kini berlutut di sisi Liza yang tetap berbaring dalam damai. Lalu aku melepaskan kaitan BH Liza. Bola mataku seperti akan meloncat keluar melihat keindahan payudara Liza. Begitu segar, mulus dan putih. Saking putihnya, pembuluh darah kebiruan di balik kulit mulusnya terlihat jelas. Putingnya mungil tapi cukup menonjol, seperti karet penghapus di kepala pensil. Kedua tanganku tak henti-henti meremas sementara mulutku terus melahap, mengulum dan menggigit-gigit puting susu Liza. Aku berhenti sebentar, lalu memandangi “hasil karyaku”.Sekujur permukaan buah dada Liza kini basah oleh liurku, terutama dibagian kedua pucuknya yang kini makin tegak kemudian masing-masing kujepit dengan ibu jari dan telunjuk. Kutarik ke atas sampai batas maksimal. Dalam keadaan sadar, Liza pasti sudah menjerit-jerit kesakitan. Aku lalu melepas jepitanku, hingga kini gumpalan daging itu terjatuh dan berguncang ke sisi kanan dan kiri tubuhnya. Perhatianku kini tertuju ke CD Liza yang tampak penuh. Kuremas dengan penuh nafsu, sambil jari tengahku mencari-cari jalan masuk. Tak sabar, kutarik CD Liza turun.“Edan, Vagina yang indah,” kataku sambil merosot hingga wajahku tepat di muka pangkal paha Liza.Kurenggangkan paha gadisku itu, lalu dengan rakus kujilati kemaluan Liza itu. Dengan jari-jari aku menguakkan liang kemaluan di depanku. Perlahan daging segar itu membuka, memperlihatkan bagian dalam yang kemerahan dan basah.“Asyiikk.. cewekku ini masih perawan,” teriakku sambil membuka celananya.Kini aku bersiap-siap menyetubuhi gadisku itu. Kepala penisku sudah terjepit bibir vagina Liza, sementara kedua tanganku berpegangan pada kedua payudara Liza yang tetap terpejam. Tiba-tiba pada saat itulah Liza tersadar dan membuka kedua matanya.“Eh.. apa yang kamu lakukan Mas “Pekiknya karena mendapatkan dirinya dalam keadaan siap aku setubuhi. Liza lalu meronta dengan menendang perutku sampai aku terjatuh. Lalu ia mencari pakaiannya, dan dengan tergesa-gesa ia memakainya. Aku hanya bisa melihat gadisku itu memakai pakaiannya kembali. Ia lalu bergegas keluar kamar namun buru-buru aku cegah untuk menjelaskan semuanya kepadanya.Setelah lama merayunya akhirnya ia mau mendengarkan penjelasanku, bahwa yang aku lakukan itu sebagai bukti cintaku dan itupun belum sampai merenggut kegadisannya. Akhirnya ia mau memaafkanku, dan aku pun segera merayunya lagi untuk menuntaskan nafsuku yang tadi soalnya sudah tanggung. Ia mengangguk tapi dengan syarat agar jangan sampai merusak keperawanannya.Aku lalu memegang kedua tangannya, lalu secepat kilat mendaratkan ciuman di pipinya. Liza diam saja. Kesempatan itu tidak kusia-siakan, lalu mulutku kuarahkan ke bibirnya. Liza tetap diam saja. Tidak menolak, tapi tanpa reaksi. Perlahan bibirnya kulumat, dan respon yang terjadi adalah Liza membuka mulutnya, sementara tangannya mencengkeram tanganku.“Liz, tolong mulutnya dibuka..!” bisikku di telinganya sambil kemudian kembali mengecup bibirnya.Liza kemudian mulai membalas memagut bibirku.“Nah, begitu.., dibalas aja..!” kataku.“Rasakan aja, nggak sakit kok..,” lanjutku sambil tangan kananku mengusap pinggangnya.Pagutannya semakin cepat dan terdengar dengus napas yang semakin keras dari mulut Liza sambil tanganku menyingkap dan membuka bajunya sampai rambutnya yang hitam panjang tergerai. Saatnya mungkin hampir tiba, dan tidak kusia-siakan, bibirku kemudian turun ke lehernya yang jenjang dan putih. Kecupan-kecupan hangat kudaratkan di sekujur lehernya, sementara tanganku tidak hentinya mengelus pinggangnya. Sementara tangan kiriku tengah berusaha menyusup ke belahan dada Liza, dan supaya tidak ada protes dari Liza, bibirnya segera kukulum, lidahnya serta langit-langit mulutnya kujelajahi dengan lidah.Rupanya Liza mulai terbakar birahi, hingga dia tidak sadar ketika aku menyingkapkan bajunya lalu salah satu tanganku telah berada di antara gundukan daging di dadanya. Beberapa kancing baju yang terlepas pun tidak disadari Liza, yang sekarang sibuk membalas lumatan bibirku dan mengeluarkan erangan-erangan kecil. Aku kemudian menunduk, dan bibirku mencari di antara dadanya yang menonjol itu. Hingga akhirnya kutemukan puting payudaranya yang keras, namun terasa lembut. Liza terpekik sejenak, manakala dia tahu, bibirku telah menjepit salah satu puting payudaranya. Namun birahi telah membakarnya, hingga Liza lupa apa saja yang telah terjadi padanya.Tanganku bekerja cepat. Hasilnya, nampak payudaranya yang putih mulus menonjol besar. Liza hanya bersandar ke dinding. Wajahnya kemerahan, seakan menahan sesuatu. Pada saat aku menyedot dan menghisap payudaranya, Liza hanya mampu menggigit-gigit bibirnya. Tangan kananku bekerja kembali, kali ini meremas pantat Liza yang kenyal dan cukup proporsional. Aku yakin, jika dalam keadaan normal, Liza akan marah besar jika pantatnya kuremas. Tapi pada saat ini, dia seakan pasrah pada apa yang akan kuperbuat. Aku dalam posisi sedang menetek sambil berdiri, sementara Liza hanya menyandarkan punggungnya ke tembok. Tangan kananku sambil meremas pantat, mencari restlueting, yang akhirnya kutemukan.Tangan kiriku berada tepat di selangkang Liza, dan tidak tinggal diam, bekerja mengusap bagian bawah Liza. Kedua tanganku bekerja optimal. Hingga tanpa disadari lagi oleh Liza, rok panjang yang dikenakannya telah jatuh ke lantai. Secepat kilat, aku jongkok lalu menciumi kemaluan Liza yang saat itu masih dibalut celana katun coklat muda. Liza sudah tidak mampu lagi berkata-kata. Kurasakan gundukan daging di selangkangan Liza lembab dan mengeluarkan aroma, antara bau keringat dan bau lain, mungkin khas bau kemaluan wanita.Tampak bulu-bulu halus dan panjang ada di jepitan celana dalam. Tidak tertutupi secara sempurna, hingga tampak menyembul di selangkangannya. Perlahan pinggir celana tersebut kutarik, lalu lidahku mulai mencari-cari. Asin dan lembab terasa di lidahku. Tanpa memperdulikan rasa seperti itu, lidahku terus mencari. Napas Liza semakin memburu, dan setiap kali lidahku menari di antara belantara rambut kemaluannya, Liza menggerakkan pinggulnya searah dengan gerakan lidahku.Lalu Liza kubimbing ke kursi makan, dan segera aku melucuti celana dalamnya yang basah kuyup oleh cairan asin. Kakinya kubuka selebar mungkin. Nampak di sana, sejumput rambut hitam sangat lebat, menutupi gundukan belahan daging. Merah muda dan mengkilap karena basah oleh cairan. Bibir vagina Liza dan tersembunyi, sementara klitorisnya coklat tampak mengeras. Cairan terus saja mengalir dari lubang di bagian bawah.Liza menutup matanya kembali saat aku jongkok di hadapannya. Lalu lidahku mulai menari, mengusap dan menjilati seluruh bagian vagina Liza. Tangannya diletakkan di bahuku, kadangkala rambutku ditariknya saat klitorisnya kuhisap. Sambil menjilati serta mengulum kemaluan Liza, tangan kananku meremas-remas payudaranya. Bergantian dari kiri dan kanan. Putingnya keras mengacung. Tiba-tiba tubuhnya mengejang, kedua kakinya mengatup, menjepit kepalaku serta tangannya menarik rambutku. Sakit.“Ohh, Mas.. kenapa ini.. aduhh..!” katanya dengan suara lumayan keras.Untung letak rumahku agak masuk dari jalan, jadi aku tidak perlu khawatir orang lain mendengar teriakan Liza orgasme. Hal ini berlangsung cukup lama, 5 menit mungkin. Liza orgasme, mungkin yang pertama kalinya dalam hidupnya. Aku biarkan saja, hingga tubuhnya kembali seperti semula.Tetapi lidahku tidak berhenti mengusapi dan menjilati kemaluannya yang saat ini benar-benar sangat basah.“Ohh.., aaghh.. aduh.. aduh.. jangan Mas..!” erang Liza saat lidahku bekerja secara cepat melumat lagi klitorisnya.“Udah Mas. Aku udah nggak kuat..!” katanya kemudian.Aku lalu berdiri, lalu mengeluarkan kemaluanku dari dalam celana.“Ayo dong dipegang..” kataku sambil mengangsurkan penisku tersebut ke arahnya.Liza menerima penisku itu dengan kedua tangannya. Terasa nikmat saat penisku berada dalam genggaman Liza. Tangannya halus, terutama saat mengelus ujung penisku.Lalu Liza memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Perlahan kutekan keluar masuk berkali-kali. Liza tidak sadar, dan akibat kocokan serta himpitan di bibirnya, aku merasa ada sesuatu yang mendesak dari dalam tubuhku.“Liz, aku mau orgasme, tolong dikocok aja..” kataku.Lalu keluarlah muntahan cairan hangat dari ujung kemaluanku. Sperma itu tumpah di dada Liza yang tidak tertutup sempurna, ada yang mendarat di pipi, juga di paha.“Ogghh.., Liza.. ohh..!”Liza tidak berhenti mengocok, meski cairan mani sudah selesai tumpah.“Liz, udah.. sakit..!”Liza berhenti lalu mencari roknya dan segera menghambur ke kamar mandi. Aku juga mencari kain lap, untuk membersihkan sisa-sisa air maniku yang tumpah di kursi serta lantai. Setelah sekian waktu, Liza keluar dari kamar mandi. Dia tampak segar karena baru saja membasuh wajahnya. Pakaiannya juga sudah rapi. Aku mendaratkan ciuman di pipinya sambil tersenyum. Aku mengantarkan Liza hingga keluar dari halaman rumahku